M. Hendri Agustiawan, SH, SA

Rabu, 14 September 2016

Belajar dr musa dan harun

Fb
Sdr. Arifin Nur Taimiyah.menulis:
Saya selalu menikmati pertarungan
pemikiran dan metode dakwah Musa dan Harun alaihimassalaam. Kedua nabi ini hidup di zaman yang sama, menghadapi rezim yang sama, tenggelam dalam sosio-politik yang sama, tapi karakter dan metode dakwah mereka sangat berseberangan. Ketika Musa AS dipanggil Allah SWT ke Lembah Tuwa yang suci untuk mendapatkan 10 syariah agama, seorang bangsawan Israel bernama Samiri membuat patung anak sapi dari emas untuk disembah. Patung itu akhirnya jadi dibuat, Bani Israel menyembah patung anak sapi emas ini, dan uniknya Nabi Harun ada di antara mereka. Pertanyaannya: mengapa Harun diam saja ketika kemusyrikan berlangsung di matanya? Apa yang dilakukan Harun sebagai nabi kalau begitu? Tidak mungkin Harun diam saja hanya karena takut dibunuh oleh Samiri. Jika dia takut dibunuh, padahal rata-rata nabi dan rasul di kalangan Bani Israel banyak dibunuh, Allah SWT niscaya sudah memecat Harun sebagai nabi -- sebagaimana Allah pernah mengancam mencabut kenabian Nuh, Yunus, atau Zakaria alaihimussalam. Maka, seorang Musa tanpa berdiskusi lagi dengan Harun langsung menuduh saudaranya ini mendukung kemusyrikan dan kemaksyiatan. Dengan marah dia menjambak rambut dan jenggot Harun seraya menudingnya telah mengkhianati tujuan dakwah Musa. Tapi Harun menolak rambut dan jenggotnya dijambak, juga menolak tuduhan Musa bahwa ia sudah berkhianat dari tujuan dakwah. Kalaupun ia membiarkan Samiri membuat patung anak sapi emas, itu karena Harun mengaku ia memiliki metode dakwah yang berbeda dengan metode Musa, yakni dia tak mau cara keras yang dia lakukan terhadap Samiri justru akan memecah belah persatuan dan kesatuan Bani Israel. Bukankah salah satu tujuan diutusnya Musa sebagai nabi adalah untuk mempersatukan anak cucu Nabi Israel ini? Perhatikan baik-baik argumentasi Harun mengapa ia tidak melarang Samiri membuat patung sesembahan Bani Israel dalam al-Quran surat Thaha (20) ayat 94: قَالَ يَبۡنَؤُمَّ لَا تَأۡخُذۡ بِلِحۡيَتِى وَلَا بِرَأۡسِىٓ‌ۖ إِنِّى خَشِيتُ أَن تَقُولَ فَرَّقۡتَ بَيۡنَ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ وَلَمۡ تَرۡقُبۡ قَوۡلِى (٩٤) Harun menjawab: "Hai putera ibuku janganlah kamu pegang janggutku dan jangan [pula] kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata [kepadaku]: "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku." (94) Berkaca pada metode dakwah Harun ini, saya jadi lebih paham mengapa Sunan Kudus melarang jamaahnya menghancurkan Pura Hindu di depan masjid yang mereka bangun, juga melarang mereka memotong sapi di setiap Idul Qurban tiba. Sunan Kudus melihat persatuan dan kesatuan bangsa lebih penting dibanding ia memaksakan ajarannya, sebagaimana Harun melihat hal yang sama. Marahkah Allah dengan ijtihad Sunan Kudus? Saya tidak tahu karena pengadilan akhir di Gurun Mahsyar belum terjadi. Tapi, marahkah Allah terhadap Harun? Sampai sekarang Harun tetap disebut nabi oleh Allah SWT dalam al-Quran, tapi Musa marah pada Harun. Merenunglah, apakah Anda kadang-kadang kerap menjadi Musa? (copas dari Ust. Helmi Hidayat)

Leon simjuntak mengomentari;
Musa; adalah orang yg meng-exodus bani israel dari mesir kembali ke tanah kanaan (tanah yg diperjanjikan Tuhan).
Proses dialog antara musa dan paraoh (firaun) tidak mudah dan tidak gampang, banyak peristiwa yg harus dilakukan.
Perjalanan panjang dari mesir ke tanah kanaan memerlukan waktu berpuluh tahun padahal jaraknya hanya puluhan kilometer. Sepertinya "Tuhan" sengaja rombongan kaum ini dibiarkan berputar2 yg akhirnya justru mengecoh balatentara firaun yg mengejarnya.
Dalam perjalanan yg melelahkan ini, harun lah yg banyak berperan thd kaum hijrah ini sebagai penyambung lidah musa. Musa tidak bisa bicara normal lidahnya pelo/ gagu dan yg mengerti hanya saudara kandungnya yaitu harun.
Dalam perjalanan, terjadi banyak hal termasuk kematian. Tentunya kelaparan. Tetapi Tuhan tetap memberi berkahnya, a.l bertebarannya biji manna (sejenis gandum) shg para pengikut bisa makan.
Perlu dicatat, masa perbudakan bangsa mesir thd bani israil, para budak tetap bisa makan dg layak dan hampir tdk terjadi penyiksaan yg tdk manusiawi kecuali pelanggaran hukum. Mesir adalah kerajaan yg makmur dlm pertanian.
Jadi, tidak semua kaum exodus bani israil ini "suka" dg sikap musa apalagi pada saat perjalanan, sepanjang jalan banyak yg protes. Kembali, disinilah peran harun menasihati ummat.

Musa, akhirnya memenuhi panggilan Tuhan naik ke gunung Sinai untuk menerima 10 perintah Tuhan (the ten commandement). Disinilah puncak kemarahan kegalauan cacimaki para ummat thd musa dan disini pula harun hampir menyerah tak tahan dg desakan ummat.
Musa dituduh melarikan diri ke puncak bukit dan mati, oleh ummat.
Harun, pasrah sudah sewaktu orang2 mengumpulkan perhiasan emas utk dijadikan replika lembu sebagai sesembahan.
Itulah sebab musa marah setelah menerima 2 log batu bertuliskan 10 perintah dan melemparkan hingga pecah.
Musa menjadi sangat tua dan buta sejak turun dari bukit dan tak berdaya.
Jadi musa menjambak harun, hanya itulah yg bisa dilakukan krn sdh tidak berdaya. Tentu kecewa thd harun yg membiarkan ummat menjauhi Tuhan utk kembali menyembah berhala.
Musa sendiri akhirnya tidak sampai ke tanah kanaan walau pernah melihatnya.
Tapi dari pelajaran Musa, banyak sekali pelajaran yg bisa dijadikan panduan hidup masa kini.

Sdr. Arifin Nur Taimiyah.Saya menyarankan teruslah menggali sejarah, terutama tentang Musa dari berbagai sumber. Jauhkan emosi ego, agar jernih memahami. Dlm hikayat ini kaya sekali dg filosofi kehidupan seolah olah ini lah rahasia kehidupan. Dg memahami ini, kita bisa paham siapa itu kaum Yahudi.
Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar