M. Hendri Agustiawan, SH, SA

Rabu, 28 Juni 2017

Kumpulan Hadits

. Mushafahah Dapat Melebur Dosa

.‎روى الإمام أبو داود والترمذي وابن أبي شيبة –رحمهم الله تعالى- عن البراءبن عازب ‏رضي الله عنهما‎ ‎قال: قال رسول الله  "ما من مسلمين يلتقيان، فيتصافحان إلا غفر لهما ‏قبل أن يتفرقا".‏

Diriwayatkan oleh Al-Barra’ bin Azib, bahwa Rasulullah  bersada, “bila seorang muslim bertemu, kemudian ia mengucapkan salam dan berjabat tangan, maka ‎Allah تعالى akan mengampuni dosa kedua orang tersebut, hinggamereka berpisah”. (HR. ‎Abu Dawud dan Tarmidzi).

Selasa, 27 Juni 2017

Sejarah adat Islam di Indonesia

*ISLAM Kejawaan*
(Taddaburan/maiyahan)
di Indonesia.
Alhamdulillah, akhir-akhir ini orang merasakan manfaatnya Nahdlatul Ulama (NU).
Dulu, orang yang paling bahagia, paling sering merasakan berkahnya NU adalah keluarga orang yang sudah meninggal :
*setiap hari dikirimi doa dan tumpeng*.
Hari ini begitu dunia dilanda kekacauan, ketika Dunia Islam galau: di Afganistan perang sesama Islam, di Suriah perang sesama Islam, di Irak, perang sesama Islam.
Semua ingin tahu, ketika semua sudah jebol, kok ada yang masih utuh:
*Islam di Indonesia*.
Akhirnya semua ingin kesini, seperti apa Islam di Indonesia kok masih utuh.
Akhirnya semua sepakat:
*utuhnya Islam di Indonesia itu karena memiliki jamiyyah NU, Akhirnya semua pingin tahu NU itu seperti apa*.
Ternyata, jaman dulu ada orang Belanda yang sudah menceritakan santri NU, namanya Christia Snouck Hurgronje.
Dia ini hafal Alquran, Sahih Bukhori, Sahih Muslim, Alfiyyah Ibnu Malik, Fathul Mu’in , tapi tidak islam, sebab tugasnya menghancurkan Islam Indonesia.
Mengapa?
Karena Islam Indonesia selalu melawan Belanda.
Sultan Hasanuddin, santri.
Pangeran Diponegoro atau Mbah Abdul Hamid, santri.
Sultan Agung, santri.
Mbah Zaenal Mustofa, santri.
Semua santri kok melawan Belanda.
Akhirnya ada orang belajar secara khusus tentang Islam, untuk mencari rahasia bagaimana caranya Islam Indonesia ini remuk.
Snouck Hurgronje masuk ke Indonesia dengan menyamar namanya Syekh Abdul Ghaffar.
Dia belajar Islam, menghafalkan Alquran dan Hadis di Arab.
Maka akhirnya paham betul Islam.
Hanya saja begitu ke Indonesia, Snouck Hurgronje bingung: mencari Islam dengan wajah Islam, tidak ketemu.
Ternyata Islam yang dibayangkan dan dipelajari Snouck Hurgronje itu tidak ada.
Mencari Allah disini tidak ketemu, ketemunya Pangeran.
Ketemunya Gusti.
Padahal ada pangeran namanya Pangeran Diponegoro.
Ada Gusti namanya Gusti Kanjeng.
Mencari istilah shalat tidak ketemu, ketemunya sembahyang.
Mencari syaikhun, ustadzun , tidak ketemu, ketemunya kiai.
Padahal ada nama kerbau namanya kiai slamet.
Mencari mushalla tidak ketemu, ketemunya langgar.
Maka, ketika Snouck Hurgronje bingung, dia dibantu Van Der Plas.
Ia menyamar dengan nama Syekh Abdurrahman.
Mereka memulai dengan belajar bahasa Jawa.
Karena ketika masuk Indonesia, mereka sudah bisa bahasa Indonesia, bahasa Melayu, tapi tidak bisa bahasa Jawa.
Begitu belajar bahasa Jawa, mereka bingung, strees.
Orang disini makanannya nasi (sego). Snouck Hurgronje dan Van Der Plas tahu bahasa beras itu, bahasa inggrisnya rice, bahasa arabnya ar-ruz .
Yang disebut ruz, ketika di sawah, namanya pari, padi.
Disana masih ruz, rice.
Begitu padi dipanen, namanya ulen-ulen, ulenan.
Disana masih ruz, rice. Jadi ilmunya sudah mulai kucluk , korslet.
Begitu ditutu, ditumbuk, digiling, mereka masih mahami ruz, rice , padahal disini sudah dinamai gabah.
Begitu dibuka, disini namanya beras, disana masih ruz, rice .
Begitu bukanya cuil, disini namanya menir, disana masih ruz, rice.
Begitu dimasak, disini sudah dinamai sego , nasi, disana masih ruz, rice.
Begitu diambil cicak satu, disini namanya upa, disana namanya masih ruz, rice.
Begitu dibungkus daun pisang, disini namanya lontong, sana masih ruz, rice.
Begitu dibungkus janur kuning namanya ketupat, sana masih ruz, rice.
Ketika diaduk dan hancur, lembut, disini namanya bubur, sana namanya masih ruz, rice.
Inilah bangsa aneh, yang membuat Snouck Hurgronje judeg, pusing.
Mempelajari Islam Indonesia tidak paham, akhirnya mencirikan Islam Indonesia dengan tiga hal.
Pertama, kethune miring sarunge nglinting (berkopiah miring dan bersarung ngelinting).
Kedua, mambu rokok (bau rokok).
Ketiga, tangane gudigen (tangannya berpenyakit kulit).
Cuma tiga hal itu catatan (pencirian Islam Indonesia) Snouck Hurgronje di Perpustakaan Leiden, Belanda.
Tidak pernah ada cerita apa-apa, yang lain sudah biasa.
*Maka, jangankan Snouck Hurgronje, orang Indonesia saja kadang tidak paham dengan Islam Indonesia, karena kelamaan di tanah Arab*.
Lihat tetangga pujian, karena tidak paham, bilang bid’ah .
Melihat tetangga menyembelih ayam untuk tumpengan, dibilang bid’ah.
Padahal itu produk Islam Indonesia. Kelamaan diluar Indonesia, jadi tidak paham.
Masuk kesini sudah kemlinthi, sok-sokan, memanggil Nabi dengan sebutan “Muhammad” saja.
Padahal, disini, tukang bakso saja dipanggil “Mas”.
Padahal orang Jawa nyebutnya Kanjeng Nabi.
Lha , akhir-akhir ini semakin banyak yang tidak paham Islam Indonesia. Kenapa?
Karena Islam Indonesia keluar dari rumus-rumus Islam dunia, Islam pada umumnya. Kenapa?
Karena Islam Indonesia ini saripati (essensi) Islam yang paling baik yang ada di dunia.
Kenapa?
Karena Islam tumbuhnya tidak disini, tetapi di Arab.
Rasulullah orang Arab.
Bahasanya bahasa Arab.
Yang dimakan juga makanan Arab.
Budayanya budaya Arab.
Kemudian Islam datang kesini, ke Indonesia.
Kalau Islam masuk ke Afrika itu mudah, tidak sulit, karena waktu itu peradaban mereka masih belum maju, belum terdidik.
Orang belum terdidik itu mudah dijajah.
Seperti pilkada, misalnya, diberi Rp 20.000 atau mie instan sebungkus, beres.
Kalau mengajak orang berpendidikan, sulit, dikasih uang Rp 10 juta belum tentu mau.
Islam datang ke Eropa juga dalam keadaan terpuruk.
Tetapi Islam datang kesini, mikir-mikir dulu, karena bangsa di Nusantara ini sedang kuat-kuatnya.
Bangsa anda sekalian ini bukan bangsa kecoak.
Ini karena ketika itu sedang ada dalam kekuasaan negara terkuat yang menguasai 2/3 dunia, namanya *Majapahit*.
Majapahit ini bukan negara sembarangan.
Universitas terbesar di dunia ada di Majapahit, namanya *Nalanda*.
Hukum politik terbaik dunia yang menjadi rujukan adanya di Indonesia, waktu itu ada di Jawa, kitabnya bernama *Negarakertagama*.
Hukum sosial terbaik ada di Jawa, namanya *Sutasoma*.
Bangsa ini tidak bisa ditipu, karena orangnya pintar-pintar dan kaya-raya.
Cerita surga di Jawa itu tidak laku.
Surga itu
(dalam penggambaran Alquran):
tajri min tahtihal anhaar (airnya mengalir), seperti kali.
Kata orang disini: “mencari air kok sampai surga segala?
Disini itu, sawah semua airnya mengalir.” Artinya, pasti bukan itu yang diceritakan para ulama penyebar Islam.
Cerita surga tentang buahnya banyak juga tidak, karena disini juga banyak buah.
Artinya dakwah disini tidak mudah.
Diceritain pangeran, orang Jawa sudah punya Sanghyang Widhi.
Diceritain Ka’bah orang jawa juga sudah punya stupa:
sama-sama batunya dan tengahnya sama berlubangnya.
Dijelaskan menggunakan tugu Jabal Rahmah, orang Jawa punya Lingga Yoni.
Dijelaskan memakai hari raya kurban, orang Jawa punya peringatan hari raya kedri.
Sudah lengkap.
Islam datang membawa harta-benda, orang Jawa juga tidak doyan.
Kenapa?
Orang Jawa pada waktu itu beragama hindu.
*Hindu itu berprinsip yang boleh bicara agama adalah orang Brahmana, kasta yang sudah tidak membicarakan dunia*.
Dibawah Brahmana ada kasta Ksatria, seperti kalau sekarang Gubernur atau Bupati.
Ini juga tidak boleh bicara agama, karena masih ngurusin dunia.
Dibawah itu ada kasta namanya Wesya (Waisya), kastanya pegawai negeri.
Kasta ini tidak boleh bicara agama.
Di bawah itu ada petani, pedagang dan saudagar, ini kastanya Sudra .
Kasta ini juga tidak boleh bicara agama.
Jadi kalau ada cerita Islam dibawa oleh para saudagar, tidak bisa dterima akal.
Secara teori ilmu pengetahuan ditolak, karena saudagar itu Sudra dan Sudra tidak boleh bicara soal agama.
Yang cerita Islam dibawa saudagar ini karena saking judeg-nya, bingungnya memahami Islam di Indonesia.
Dibawahnya ada kasta paria, yang hidup dengan meminta-minta, mengemis.
Dibawah Paria ada pencopet, namanya kasta Tucca.
Dibawah Tucca ada maling, pencuri, namanya kasta Mlecca.
Dibawahnya lagi ada begal, perampok, namanya kasta Candala.
Anak-anak muda NU harus tahu.
Itu semua nantinya terkait dengan Nahdlatul Ulama.
Akhirnya para ulama kepingin, ada tempat begitu bagusnya, mencoba diislamkan.
Ulama-ulama dikirim ke sini.
Namun mereka menghadapi masalah, karena orang-orang disini mau memakan manusia.
Namanya aliran Bhirawa.
Munculnya dari Syiwa.
Mengapa ganti Syiwa, karena Hindu Brahma bermasalah.
Hindu Brahma, orang Jawa bisa melakukan tetapi matinya sulit.
Sebab orang Brahma matinya harus moksa atau murco.
Untuk moksa harus melakukan upawasa.
Upawasa itu tidak makan, tidak minum, tidak ngumpulin istri, kemudian badannya menyusut menjadi kecil dan menghilang.
Kadang ada yang sudah menyusut menjadi kecil, tidak bisa hilang, gagal moksa, karena teringat kambingnya, hartanya.
Lha ini terus menjadi jenglot atau batara karang.
Jika anda menemukan jenglot ini, jangan dijual mahal karena itu produk gagal moksa.
Pada akhirnya, ada yang mencari ilmu yang lebih mudah, namanya ilmu ngrogoh sukmo .
Supaya bisa mendapat ilmu ini, mencari ajar dari Kali.
Kali itu dari Durga.
Durga itu dari Syiwa, mengajarkan Pancamakara.
Supaya bisa ngrogoh sukmo, semua sahwat badan dikenyangi, laki-laki perempuan melingkar telanjang, menghadap arak dan ingkung daging manusia.
Supaya syahwat bawah perut tenang, dikenyangi dengan seks bebas.
Sisa-sisanya sekarang ada di Gunung Kemukus.
Supaya perut tenang, makan tumpeng.
Supaya pikiran tenang, tidak banyak pikiran, minum arak.
Agar ketika sukma keluar dari badan, badan tidak bergerak, makan daging manusia.
Maka jangan heran kalau muncul orang-orang macam Sumanto.
Ketika sudah pada bisa ngrogoh sukmo, ketika sukmanya pergi di ajak mencuri namanya ngepet .
Sukmanya pergi diajak membunuh manusia namanya santet.
Ketika sukmanya diajak pergi diajak mencintai wanita namanya pelet.
Maka kemudian di Jawa tumbuh ilmu santet, pelet dan ngepet.
Ada 1.500 ulama yang dipimpin Sayyid Aliyudin habis di-ingkung oleh orang Jawa pengamal Ngrogoh Sukma.
Untuk menghindari pembunuhan lagi, maka Khalifah Turki Utsmani mengirim kembali tentara ulama dari Iran, yang tidak bisa dimakan orang Jawa.
Nama ulama itu Sayyid Syamsuddin Albaqir Alfarsi.
Karena lidah orang Jawa sulit menyebutnya, kemudian di Jawa terkenal dengan sebutan Syekh Subakir.
Di Jawa ini di duduki bala tentara Syekh Subakir, kemudian mereka diusir.
Ada yang lari ke Pantai Selatan, Karang Bolong, Srandil Cicalap, Pelabuhan Ratu, dan Banten.
Di namai Banten, di ambil dari bahasa Sansekerta, artinya Tumbal.
Yang lari ke timur, naik Gunung Lawu, Gunung Kawi, Alas Purwo Banyuwangi (Blambangan).
Disana mereka dipimpin Menak Sembuyu dan Bajul Sengoro.
Karena Syekh Subakir sepuh, maka pasukannya dilanjutkan kedua muridnya namanya Mbah Ishak (Maulana Ishak) dan Mbah Brahim (Ibrahim Asmoroqondi).
Mereka melanjutkan pengejaran. Menak Sembuyu menyerah, anak perempuannya bernama Dewi Sekardadu dinikahi Mbah Ishak, melahirkan Raden Ainul Yaqin Sunan Giri yang dimakamkan di Gresik.
Sebagian lari ke Bali, sebagian lari ke Kediri, menyembah Patung Totok Kerot, diuber Sunan Bonang, akhirnya menyerah.
Setelah menyerah, melingkarnya tetap dibiarkan tetapi jangan telanjang, arak diganti air biasa, ingkung manusia diganti ayam, matra ngrogoh sukmo diganti kalimat tauhid; laailaahaillallah.
Maka kita punya adat tumpengan.
Kalau ada orang banyak komentar mem-bid’ah -kan, ceritakanlah ini.
Kalau ngeyel, didatangi:
tabok mulutnya.
*Ini perlu diruntutkan, karena NU termasuk yang masih mengurusi beginian*.
Habis itu dikirim ulama yang khusus mengajar ngaji, namanya Sayyid Jamaluddin al-Husaini al-Kabir.
Mendarat di Semarang dan menetap di daerah Merapi.
Orang Jawa sulit mengucapkan, maka menyebutnya Syekh Jumadil Kubro.
Disana dia punya murid namanya Syamsuddin, pindah ke Jawa Barat, membuat pesantren puro di daerah Karawang.
Punya murid bernama Datuk Kahfi, pindah ke Amparan Jati, Cirebon.
Punya murid Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati.
*Inilah yang bertugas mengislamkan Padjajaran*.
Maka kemudian ada Rara Santang, Kian Santang dan Walangsungsang.
Nah , Syekh Jumadil Kubro punya putra punya anak bernama Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoroqondi, bapaknya Walisongo.
Mbah Ishak melahirkan Sunan Giri.
Mbah Ibrahim punya anak Sunan Ampel.
*Inilah yang bertugas mengislamkan Majapahit*.
Mengislamkan Majapahit itu tidak mudah.
Majapahit orangnya pinter-pinter.
Majapahit Hindu, sedangkan Sunan Ampel Islam.
Ibarat sawah ditanami padi, kok malah ditanami pisang.
Kalau anda begitu, pohon pisang anda bisa ditebang.
Sunan Ampel berpikir bagaimana caranya?
Akhirnya beliau mendapat petunjuk ayat Alquran.
Dalam surat Al-Fath, 48:29 disebutkan :
".... masaluhum fit tawrat wa masaluhum fil injil ka zar’in ahraja sat’ahu fa azarahu fastagladza fastawa ‘ala sukıhi yu’jibuz zurraa, li yagidza bihimul kuffar………”
Artinya:
“…………Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanam
nya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)……………”
Islam itu seperti tanaman yang memiliki anak-anaknya, kemudian hamil, kemudian berbuah, ibu dan anaknya bersama memenuhi pasar, menakuti orang kafir.
Tanaman apa yang keluar anaknya dulu baru kemudian ibunya hamil?
Jawabannya adalah padi.
Maka kemudian Sunan Ampel dalam menanam Islam seperti menanam padi.
Kalau menanam padi tidak di atas tanah, tetapi dibawah tanah, kalau diatas tanah nanti dipatok ayam, dimakan tikus.
Mau menanam Allah, disini sudah ada istilah pangeran.
Mau menanam shalat, disini sudah ada istilah sembahyang.
Mau menanam syaikhun, ustadzun, disini sudah ada kiai.
Menanam tilmidzun, muridun , disini sudah ada shastri, kemudian dinamani santri.
Inilah ulama dulu, menanamnya tidak kelihatan.
Menanamnya pelan-pelan, sedikit demi sedikit:
kalimat syahadat, jadi kalimasada. Syahadatain, jadi sekaten. Mushalla, jadi langgar.
Sampai itu jadi bahasa masyarakat. Yang paling sulit mememberi pengertian orang Jawa tentang mati.
Kalau Hindu kan ada reinkarnasi.
Kalau dalam Islam, mati ya mati (tidak kembali ke dunia).
Ini paling sulit, butuh strategi kebudayaan.
Ini pekerjaan paling revolusioner waktu itu.
Tidak main-main, karena ini prinsip.
Prinsip inna lillahi wa inna ilaihi rajiun berhadapan dengan reinkarnasi.
Bagaimana caranya?
Oleh Sunan Ampel, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun kemudian di-Jawa-kan:
Ojo Lali Sangkan Paraning Dumadi.
Setelah lama diamati oleh Sunan Ampel, ternyata orang Jawa suka tembang, nembang, nyanyi.
Beliau kemudian mengambil pilihan: mengajarkan hal yang sulit itu dengan tembang.
Orang Jawa memang begitu, mudah hafal dengan tembang.
Orang Jawa, kehilangan istri saja tidak lapor polisi, tapi nyanyi:
ndang baliyo, Sri, ndang baliyo .
Lihat lintang, nyanyi: yen ing tawang ono lintang, cah ayu.
Lihat bebek, nyanyi: bebek adus kali nyucuki sabun wangi.
Lihat enthok: menthok, menthok, tak kandhani, mung rupamu.
Orang Jawa suka nyanyi, itulah yang jadi pelajaran.
Bahkan, lihat silit (pantat) saja nyanyi: … ndemok silit, gudighen.
Maka akhirnya, sesuatu yang paling sulit, berat, itu ditembangkan.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun diwujudkan dalam bentuk tembang bernama Macapat .
Apa artinya Macapat?
Bahwa orang hidup harus bisa membaca perkara Empat.
Keempat perkara itu adalah teman nyawa yang berada dalam raga ketika turun di dunia.
Nyawa itu produk akhirat.
Kalau raga produk dunia.
Produk dunia makanannya dunia, seperti makan.
Yang dimakan, sampah padatnya keluar lewat pintu belakang, yang cair keluar lewat pintu depan.
Ada sari makanan yang disimpan, namanya mani (sperma).
Kalau mani ini penuh, bapak akan mencari ibu, ibu mencari bapak, kemudian dicampur dan dititipkan di rahim ibu.
Tiga bulan jadi segumpal darah, empat bulan jadi segumpal daging.
Inilah produk dunia.
Begitu jadi segumpal daging, nyawa dipanggil. “Dul, turun ya,”. “Iya,
Ya Allah”. “Alastu birabbikum?”
(apakah kamu lupa kalau aku Tuhanmu?).
“Qalu balaa sahidnya,”
(Iya Ya Allah, saya jadi saksi-Mu), jawab sang nyawa,.
”fanfuhur ruuh”
(maka ditiupkanlah ruh itu ke daging).
Maka daging itu menjadi hidup.
Kalau tidak ditiup nyawa, tidak hidup daging ini.
(lihat, a.l.: Q.S. Al-A’raf, 7:172, As-Sajdah: 7 -10, Al-Mu’min: 67, ed. )
Kemudian, setelah sembilan bulan, ruh itu keluar dengan bungkusnya, yaitu jasad.
Adapun jasadnya sesuai dengan orang tuanya:
kalau orang tuanya pesek anaknya ya pesek; orang tuanya hidungnya mancung anaknya ya mancung; orang tuanya hitam anaknya ya hitam; kalau orang tuanya ganteng dan cantik, lahirnya ya cantik dan ganteng.
Itu disebut Tembang Mocopat:
orang hidup harus membaca perkara empat.
Keempat itu adalah teman nyawa yang menyertai manusia ke dunia, ada di dalam jasad.
Nyawa itu ditemani empat:
*dua adalah Iblis yang bertugas menyesatkan, dan dua malaikat yang bertugas nggandoli, menahan*.
*Jin qarin dan hafadzah*.
Itu oleh Sunan Ampel disebut Dulur Papat Limo Pancer.
Ini metode mengajar.
Maka pancer ini kalau mau butuh apa-apa bisa memapakai dulur tengen (teman kanan) atau dulur kiwo (teman kiri).
Kalau pancer kok ingin istri cantik, memakai jalan kanan, yang di baca
Ya Rahmanu Ya Rahimu
tujuh hari di masjid, yang wanita nantinya juga akan cinta.
Tidak mau dulur tengen, ya memakai yang kiri, yang dibaca aji-aji Jaran Goyang, ya si wanita jadinya cinta, sama saja.
Kepingin perkasa, kalau memakai kanan yang dipakai kalimah
La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim .
Tak mau yang kanan ya memakai yang kiri, yang dibaca aji-aji Bondowoso, kemudian bisa perkasa.
Mau kaya kalau memakai jalan kanan ya shalat dhuha dan membaca
Ya Fattaahu Ya Razzaaqu , kaya.
Kalau tidak mau jalan kanan ya jalan kiri, membawa kambing kendhit naik ke gunung kawi, nanti pulang kaya.
Maka, kiai dengan dukun itu sama; sama hebatnya kalau tirakatnya kuat.
Kiai yang ‘alim dengan dukun yang tak pernah mandi, jika sama tirakatnya, ya sama saktinya:
sama-sama bisa mencari barang hilang.
Sama terangnya.
Bedanya: satu terangnya lampu dan satunya terang rumah terbakar.
Satu mencari ayam dengan lampu senter, ayamnya ketemu dan senternya utuh;
sedangkan yang satu mencari dengan blarak (daun kelapa kering yang dibakar), ayamnya ketemu, hanya blarak-nya habis terbakar.
*Itu bedanya nur dengan nar*.
Maka manusia ini jalannya dijalankan seperti tembang yang awalan, Maskumambang:
kemambange nyowo medun ngalam ndunyo , sabut ngapati, mitoni , ini rohaninya, jasmaninya ketika dipasrahkan bidan untuk imunisasi.
Maka menurut NU ada ngapati, mitoni,
karena itu turunnya nyawa.
Setelah Maskumambang, manusia mengalami tembang Mijil.
Bakal Mijil :
lahir laki-laki dan perempuan.
Kalau lahir laki-laki aqiqahnya kambing dua, kalau lahir perempuan aqiqahnya kambing satu.
Setelah Mijil, tembangnya Kinanti. Anak-anak kecil itu, bekalilah dengan agama, dengan akhlak.
Tidak mau ngaji, pukul.
Masukkan ke TPQ, ke Raudlatul Athfal (RA).
Waktunya ngaji kok tidak mau ngaji, malah main layangan, potong saja benangnya.
Waktu ngaji kok malah mancing, potong saja kailnya.
Anak Kinanti ini waktunya sekolah dan ngaji.
Dibekali dengan agama, akhlak.
Kalau tidak, nanti keburu masuk tembang Sinom:
bakal menjadi anak muda (cah enom), sudah mulai ndablek, bandel.
Apalagi, setelah Sinom, tembangnya asmorodono , mulai jatuh cinta.
Tai kucing serasa coklat.
Tidak bisa di nasehati.
Setelah itu manusia disusul tembang Gambuh , laki-laki dan perempuan bakal membangun rumah tangga, rabi, menikah.
Setelah Gambuh, adalah tembang Dhandanggula.
Merasakan manis dan pahitnya kehidupan.
Setelah Dhandanggula , menurut Mbah Sunan Ampel, manusia mengalami tembang Dhurma.
Dhurma itu:
darma bakti hidupmu itu apa?
Kalau pohon mangga setelah berbuah bisa untuk makanan codot, kalau pisang berbuah bisa untuk makanan burung, lha buah-mu itu apa?
Tenagamu mana?
Hartamu mana?
Ilmumu mana yang didarmabaktikan untuk orang lain?
Khairunnas anfa’uhum linnas , sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya.
Sebab, kalau sudah di Dhurma tapi tidak darma bakti, kesusul tembang Pangkur.
Anak manusia yang sudah memunggungi dunia:
gigi sudah copot, kaki sudah linu.
Ini harus sudah masuk masjid.
Kalau tidak segera masuk masjid kesusul tembang Megatruh : megat, memutus raga beserta sukmanya. Mati.
Terakhir sekali, tembangnya Pucung.
Lha ini, kalau Hindu reinkarnasi, kalau Islam Pucung .
Manusia di pocong.
Sluku-sluku Bathok, dimasukkan pintu kecil.
Makanya orang tua (dalam Jawa) dinamai buyut, maksudnya :
siap-siap mlebu lawang ciut (siap-siap masuk pintu kecil).
Adakah yang mengajar sebaik itu di dunia?
Kalau sudah masuk pintu kecil, ditanya Malaikat Munkar dan Nankir.
Akhirnya itu, yang satu reinkarnasi, yang satu buyut .
Ditanya: “Man rabbuka?” , dijawab: “Awwloh,”.
Ingin disaduk Malaikat Mungkar – Nakir apa karena tidak bisa mengucapkan Allah.
Ketika ingin disaduk, Malaikat Rakib buru-buru menghentikan: “Jangan disiksa, ini lidah Jawa”.
Tidak punya alif, ba, ta, punyanya ha, na, ca, ra, ka .
“Apa sudah mau ngaji?”
kata Mungkar – Nakir.
“Sudah, ini ada catatanya, NU juga ikut, namun belum bisa sudah meninggal”. “Yasudah, meninggalnya orang yang sedang belajar, mengaji, meninggal yang dimaafkan oleh Allah.”
Maka, seperti itu belajar. Kalau tidak mau belajar, ditanya,
“Man rabbuka?” ,
menjawab, “Ha……..???”.
langsung dipukul kepalanya: ”Plaakkk!!”.
Di- canggah lehernya oleh malaikat. Kemudian jadi wareng , takut melihat akhirat, masukkan ke neraka, di- udek oleh malaikat, di-gantung seperti siwur, iwir-iwir, dipukuli modal-madil seperti tarangan bodhol , ajur mumur seperti gedhebok bosok.
Maka, pangkat manusia, menurut Sunan Ampel:
anak – bapak – simbah – mbah buyut – canggah – wareng – udek-udek – gantung siwur – tarangan bodol – gedhebok bosok.
Lho, dipikir ini ajaran Hindu.
Kalau seperti ini ada yang bilang ajaran Hindu, kesini, saya tabok mulutnya!
Begitu tembang ini jadi, kata Mbah Bonang, masa nyanyian tidak ada musiknya.
Maka dibuatkanlah gamelan, yang bunyinya Slendro Pelok : nang ning nang nong, nang ning nang nong, ndang ndang, ndang ndang, gung . Nang ning nang nong: yo nang kene yo nang kono (ya disini ya disana); ya disini ngaji, ya disana mencuri kayu.
Lho, lha ini orang-orang kok.
Ya seperti disini ini: kelihatannya disini shalawatan, nanti pulang lihat pantat ya bilang: wow!.
Sudah hafal saya, melihat usia-usia kalian.
Ini kan kamu pas pakai baju putih. Kalau pas ganti, pakainya paling ya kaos Slank.
Nah, nang ning nang nong, hidup itu ya disini ya disana.
Kalau pingin akhiran baik, naik ke ndang ndang, ndang ndang, gung. Ndang balik ke Sanghyang Agung.
Fafirru illallaah , kembalilah kepada Allah.
Pelan-pelan.
Orang sini kadang tidak paham kalau itu buatan Sunan Bonang.
Maka, kemudian, oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, dibuatkan tumpeng agar bisa makan.
Begitu makan kotor semua, dibasuh dengan tiga air bunga:
mawar, kenanga dan kanthil.
Maksudnya:
uripmu mawarno-warno, keno ngono keno ngene, ning atimu kudhu kanthil nang Gusti Allah
(Hidupmu berwarna-warni, boleh seperti ini seperti itu, tetapi hatimu harus tertaut kepada Allah).
Lho , ini piwulang-piwulangnya, belum diajarkan apa-apa.
Oleh Sunan Kalijaga, yang belum bisa mengaji, diajari Kidung Rumekso Ing Wengi.
Oleh Syekh Siti Jenar, yang belum sembahyang, diajari syahadat saja.
Ketika tanaman ini sudah ditanam, Sunan Ampel kemudian ingin tahu: tanamanku itu sudah tumbuh apa belum?
Maka di-cek dengan tembang Lir Ilir, tandurku iki wis sumilir durung?
Nek wis sumilir, wis ijo royo-royo, ayo menek blimbing.
Blimbing itu ayo shalat.
Blimbing itu sanopo lambang shalat.
Disini itu, apa-apa dengan lambang, dengan simbol: kolo-kolo teko , janur gunung.
Udan grimis panas-panas , caping gunung.
Blimbing itu bergigir lima.
Maka, cah angon, ayo menek blimbing .
Tidak cah angon ayo memanjat mangga.
Akhirnya ini praktek, shalat.
Tapi prakteknya beda.
Begitu di ajak shalat, kita beda. Disana, shalat 'imaadudin, lha shalat disini, tanamannya mleyor-mleyor, berayun-ayun.
Disana dipanggil jam setengah duabelas kumpul.
Kalau disini dipanggil jam segitu masih disawah, di kebun, angon bebek, masih nyuri kayu.
Maka manggilnya pukul setengah dua.
Adzanlah muadzin, orang yang adzan. Setelah ditunggu, tunggu, kok tidak datang-datang.
Padahal tugas Imam adalah menunggu makmum.
Ditunggu dengan memakai pujian.
*Rabbana ya rabbaana, rabbana dholamna angfusana* , –
sambil tolah-toleh, mana ini makmumnya –
*wainlam taghfirlana, wa tarhamna lanakunanna minal khasirin*.
Datang satu, dua, tapi malah merokok di depan masjid.
Tidak masuk.
Maka oleh Mbah Ampel:
Tombo Ati, iku ono limang perkoro….. .
Sampai pegal, ya mengobati hati sendiri saja.
Sampai sudah lima kali kok tidak datang-datang, maka kemudian ada pujian yang agak galak:
di urugi anjang-anjang……. , langsung deh, para ma'mum buruan masuk.
Itu tumbuhnya dari situ.
Kemudian, setelah itu shalat.
Shalatnya juga tidak sama.
Shalat disana, dipanah kakinya tidak terasa, disini beda.
Begitu Allahu Akbar , matanya bocor:
itu mukenanya berlubang, kupingnya bocor, ting-ting-ting, ada penjual bakso.
Hatinya bocor:
protes imamnya membaca surat kepanjangan.
Nah, ini ditambal oleh para wali, setelah shalat diajak dzikir, laailaahaillallah.
Hari ini, ada yang protes:
dzikir kok kepalanya gedek-gedek, geleng-geleng?
Padahal kalau sahabat kalau dzikir diam saja.
Lho, sahabat kan muridnya nabi.
Diam saja hatinya sudah ke Allah.
Lha orang sini, di ajak dzikir diam saja, ya malah tidur.
Bacaannya dilantunkan dengan keras, agar ma'mum tahu apa yang sedang dibaca imam.
Kemudian, dikenalkanlah nabi.
Orang sini tidak kenal nabi, karena nabi ada jauh disana.
Kenalnya Gatot Kaca.
Maka pelan-pelan dikenalkan nabi.
Orang Jawa yang tak bisa bahasa Arab, dikenalkan dengan syair:
kanjeng Nabi Muhammad, lahir ono ing Mekkah, dinone senen, rolas mulud tahun gajah.
Inilah cara ulama-ulama dulu kala mengajarkan Islam, agar masyarakat disini kenal dan paham ajaran nabi.
Ini karena nabi milik orang banyak (tidak hanya bangsa Arab saja).
*Wamaa arsalnaaka illa rahmatal lil ‘aalamiin* ;
Aku (Allah) tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
Maka, shalawat itu dikenalkan dengan cara berbeda-beda.
Ada yang sukanya shalawat ala Habib Syekh, Habib Luthfi, dll.
Jadi jangan heran kalau shalawat itu bermacam-macam.
Ini beda dengan wayang yang hanya dimiliki orang Jawa.
*bersambung bagian-2*....

Qiraah sab'ah basmalah


5 rumus bismilah dalam membaca bamalah dalam qiroah sab'ah
Bismilah bisa dibaca:

1. A-A
2. I-I
3. U-U
4. U-A
5. I-U.
6. U- A
7. A-U

Ijazah munaqosah kh Ishaq Latief

Dulu waktu saya munaqasyah, saya sowan ke KH. ISHAQ LATHIF, beliau memberi ijazah pada saya :
Sholat hajat 2 roakat :
Setelah salam baca wirid :

(حسبنا الله و نعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير)   40X       

(إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ أَلَّا تَعْلوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ) 40X

[Surat An-Naml 30-31]

Ketika masuk ruang ujian surat an-Naml 30-31 tsb dibaca 3x ditiupkan ke kedua telapak tangan lalu diusapkan ke wajah

SEJARAH SYEKH SITI JENAR YANG SEBENARNYA

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.

Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.

Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih (ayah Siti Jenar) kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.

Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:
1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya

2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,

3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara

4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:
1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun.Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“

5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.”

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera (Politik Pecah Belah) dengan 3 kelas:
1) Kelas Santri (diidentikkan dengan 9 Wali)
2) Kelas Priyayi (diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak)
3) Kelas Abangan (diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar)

Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.

Oleh: KH. Shohibul Faroji Al-Robbani

Learning Tawaddu ( humility  or humble )    and ta'zim on Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari

When Hasyim is famous as ulama', clever and influential, in every month of Ramadhan many kiai (islamic scholars)  from other pesantren who participate in reciting "posonan" in Pesantren Tebuireng, especially  reciting the hadith science on  Hasyim.

It turns out that among them there are some Kiai and gus (son of Kiai )  who became president of pesantren where Hasyim learned .  Hasyim objected that now the kiai are behind him.

 But the kiai and gus remained intent on studying at Hashim. Then hasyim put forward the requirements: first,  Hasyim did not want to be called kiai by the kiai. Secondly, the kiai should not bother to cook and wash their clothes because they will be served by Tebuireng students.

One night one of the queer kiai awoke and saw someone collecting the kiai's dirty clothes. At first glance that person resembles Hashim . Out of curiosity, the kiai who was in the queue followed the person.

Apparently the man then washed the dirty clothes of the kiai. After being approached how shocked the kiai, it turns out the person who had collected and washed clothes is true Hasyim Asy'ari. Instantly weep the kiai.

How humble  Hashim to the teachers and their descendants.

May we all be descendants of clever, sholih, and have the nature tawaddhu ', imitate the nature of Hadratussyaikh Hasyim Asy "ari.

Alfatihah for him

Seputar zakat fitrah

Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺍَﻥْ ﺍُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻰْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Istri
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻨِّﻰْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُﻨِﻰْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ..…) ) ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Bacaan Doa Ketika Menerima Zakat
ﺁﺟَﺮَﻙ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ
" WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT "
Waktu pelaksanaan mengeluarkan zakat fitrah terbagi menjadi 5 kelompok :
1. Waktu wajib.Yaitu, ketika menemui bulan Ramadhan dan menemui sebagian awalnya bulan Syawwal. Oleh sebab itu orang yang meninggal setelah maghribnya malam 1
Syawwal, wajib dizakati. Sedangkan bayi yang lahir setelah maghribnya malam 1 Syawwal tidak wajib dizakati.
2. Waktu jawaz.Yaitu, sejak awalnya bulan Ramadhan sampai memasuki waktu wajib.
3. Waktu Fadhilah. Yaitu, setelah terbit fajar dan sebelum sholat hari raya.
4. Waktu makruh.Yaitu, setelah sholat hari raya sampai menjelang tenggelamnya matahari pada tanggal 1 Syawwal kecuali jika ada udzur seperti menanti kerabat atau orang yang lebih membutuhkan, maka hukumnya tidak makruh.
5. Waktu haram.Yaitu, setelah tenggelamnya matahari tanggal 1 Syawwal kecuali jika ada udzur seperti hartanya tidak ada ditempat tersebut atau menunggu orang yang berhak menerima zakat, maka hukumnya tidak haram.
Sedangkan dari zakat yang dikeluarkan setelah tanggal 1 Syawwal adalah qodho’.....
Semoga bermanfaat👆👆👆
والحاصل أن للفطرة خمسة أوقات : وقت جواز، وهو من ابتداء رمضان فإنه يجوز تعجيلها من ابتدائه، ولا يجوز إحراجها قبله . ووقت وجوب، وهو بإدراك جزء من رمضان وجزء من شوال . ووقت ندب، وهو قبل صلاة العيد . ووقت كراهة، وهو ما بعد صلاة العيد وقبل فراغ اليوم فإنه يكره تأخيرها عنها ما لم يكن لعذر من انتظار قريب أو أحوج . ووقت حرمة، وهو ما بعد يوم العيد فإنه يحرم تأخيرها عنه وتكون قضاء يجب على الفور إن كان التأخير بلا عذر وإلا فعلى التراخ .

نهاية الزين - (ص 176)

mam Muhammad Ibnu ‘Amr Ibnu Ali Ibnu Nawawi al-Jawi; Abu Abdul Mu’thi didalam kitab karyanya Nihayah al Zain berkata: Intinya, zakat fitrah memiliki lima waktu :

*1. Waktu diperbolehkan untuk mengeluarkan zakat (jawaz).*
Yaitu sejak awal Ramadlan. Maka diperbolehkan bersegera mengeluarkan zakat fitrah sejak awal Ramadlan dan tidak diperbolehkan mengeluarkan (zakat fitrah) sebelum Ramadlan.

*2. Waktu wajib.*
Yaitu waktu dengan menjumpai sebagian bulan Ramadlan dan sebagian bulan Syawal (ketika matahari tenggelam pada tanggal satu bulan Syawal).

*3. Waktu sunah.*
Yaitu sebelum melaksanakan shalat ‘Idul Fitri.

*4. Waktu makruh.*
Yaitu setelah melaksanakan shalat ‘Idul Fitri dan sebelum lewat satu hari (masih tanggal satu). Maka makruh mengakhirkan zakat fitrah hingga waktu tersebut tanpa adanya udzur yang dibenarkan oleh syara’. Seperti menunggu kerabat atau menunggu orang yang lebih membutuhkan.

*5. Waktu haram.*
Yaitu setelah hari raya (tanggal satu Syawal). Maka haram mengahirkan zakat fitrah hingga waktu tersebut tanpa ada udzur yang dibenarkan oleh Syara’. Jika karena udzur seperti menunggu orang yang berhak menerima zakat. Maka hukumnya tidak haram. Sedang status zakat yang dikeluarkan pada saat itu adalah qadla’.

(NIhayatuz Zain hal. 176)
=============================

Hal senada juga diulas dan dipaparkan oleh Syaikh Sulaiman Ibnu Muchammad Ibnu ‘Amr al-Bujairami al-Syafi’i didalam kitabnya Chasyiyah al Bujairami ‘Ala al Khatib.
Imam Abu Zakariya Muhyiddin Yahya Ibnu Syaraf al-Nawawi didalam kitabnya (al Majmu’ Syarch al Muhaddzab) menegaskan bahwa Imam Syafi’i dan sahabat-sahabatnya sepakat menyatakan bahwa sesungguhnya yang lebih istimewa adalah mengeluarkan zakat fitrah pada hari raya ‘Idul Fitri sebelum melaksanakan shalat ‘Id.

Wallaahu A'lamu Bish showaab....

Sabtu, 10 Juni 2017

Kesehatan obat kangker

Acara hitam putih kemarin
INDONESIA  TOP deh.

Di Tangerang ada ilmuwan pencipta alat pembasmi Kanker payudara dan Kanker otak,

namanya Warsito P. Taruno.

Beliau peneliti Indonesia yg berkarir di Shizuoka University , Jepang.

Kantornya di CTECH LABS (Center for Tomography Research Laboratory) Edward Technology yg bergerak di bidang teknologi penemuan di Tangerang.

Warsito telah membuktikan keampuhan alat ciptaannya kpd kakak perempuannya Suwarni yg menderita kanker payudara Stadium IV selama sebulan.

Alat tsb bernama breast cancer electro capacity theraphy, bentuknya dibuat mirip penutup dada yg mengandung aliran listrik statis dibagian dada.

Dipakai selama 24 jam.

Pada Minggu ke-1, terlihat efek samping dari alat itu, namun efek itu tidak sampai menyiksa seperti proses kemoterappi.

Hanya keringat penderita yg menggunakan alat tsb berlendir & sangat bau.

Urine & fasessnya (kotoran) pun berbau lebih busuk.

Itu berarti menandakan bahwa sel kankernya tengah dikeluarkan.

Bau busuk berasal dari sel kanker yg sudah mati & dikeluarkan melalui keringat,urine & fases tapi sipenderita tidak merasakan sakit, hanya gerah.

Temuan Warsito itu ternyata berhasil.

Dalam waktu sebulan setelah pemakaian, hasil test lab menyatakan bahwa kakaknya telah negatif kanker.

Sebulan kemudian kakaknya dinyatakan bersih dari sel kanker.

Warsito sdh pernah mengisi acara Kick Andy.

Alamat :
Klinik Riset Kanker EDWAR TECHNOLOGY:
Jl. Jalur Sutera Kav. Spectra 23C No. 10-12 Alam Sutera Tangerang 15235
Telp.  021-29315015
Edwar Technology (C-TECH Groups)  website c-techlabs.com./

Ayoooo..  bantu share biar mereka yg memerlukan bisa sembuh.

Info lengkap silahkan search google "Warsito P. Taruno"
1x share mungkin bisa menyelamatkan nyawa orang lain
[24/12 8:36 PM] Yuni Astuti: PENTIIIIIING

info penting!!!!!!

Ginjal, jangan buru buru cuci darah !!!
Biji alpokat diiris kecil kecil lalu jemur sampai kering (spt kerupuk ).
Lalu di giling sampai halus, ambil
serbuknya lalu buat spt kita buat kopi
atau teh. Minum seperti kita minum
kopi, 3 x sehari. Minumlah sampai
kembali normal. Gak ada efek samping.
Salam sehat.
Jangan pelit berbagi ke kawan kerabat
sahabat family ya. selamat mencoba

Pantangan

> Setelah makan semangka jangan
langsung minum susu.

> Setelah makan manggis jangan
langsung minum gula.

> Setelah makan durian jangan
langsung minum bir dan coca cola bisa
stroke.

> Setelah makan buah pear jangan
langsung minum madu karena bisa mati
keracunan..!

> Setelah makan udang jangan
langsung minum vit C, krn vit C +
udang = keracunan arsen (terjadi
reaksi arsen dlm udang dan vit C)

> Madu + bawang merah = merusak
mata

> Madu + tahu = merusak pendengaran

> Madu + susu kedelai = mengganggu
pencernaan & pendengaran

> Madu + teh = mengganggu
pencernaan

> Madu + kepiting = keracunan

> Madu + pear = merusak 5 organ
penting / mati

> Kirim ke semua org yg kita
sayangi..semoga kita semua hidup
sehat...({})

BAGI PENYUKA MIE INSTAN tolong
diperhatikan :

HATI-HATI, Bumbu Mie Instan TIDAK
BOLEH DIMASAK !!!
PERINGATAN BAGI KITA SEMUA BAHWA
MIE INSTANT TIDAK BOLEH DIMASAK
BERSAMAAN DENGAN BUMBUNYA,
KARENA MSG (MONO
SODIUM GLUTAMAT) BILA DIMASAK DI
ATAS 120C AKAN BERPOTENSI MENJADI
KARSINOGEN, PENCETUS KANKER.
PERHATIKAN SEMUA KEMASAN MIE
INSTAN, KEBANYAKAN PROSEDURNYA
MASAK MIE NYA DULU BARU DITABURI
BUMBU.
BUMBU DI TARUH DI MANGKOK DULU.
JADI JANGAN PERNAH MASAK MIE
BESERTA BUMBUNYA!
BAHAYA .....!!!
Tolong dapat diteruskan ke orang2
yang suka makan MIE.

Dan dari hasil penelitian :
Sering mengkonsumsi mie instant
selama 4 hari berturut-turut
berpotensi kanker, mioma, kista atau
amandel
Jika anda tidak percaya, cobalah ambil
kuah / bumbu mie instant lalu
taburkan ke atas pot yang berisi
bunga/tumbuhan..
Beberapa hari kemudian bunga/
tumbuhan tersebut akan layu/mati.
Berlaku dalam skala ukuran (1 : 1).

Sayangi keluarga anda... jauhi dari
penyakit yang ditimbulkan Bumbu Mie

PENTING BAGI WANITA  !!

Tidak disarankan makan bayam & tahu
bersamaan, karena jika digabungkan
akan membentuk senyawa yang bisa
mengakibatkan terbentuknya batu /
kista dalam tubuh.
(Hasil penelitian Prof. Dr.
Asbudi,Sp.OG)

Jangan makan mentimun saat haid
karena bisa menyebabkan darah haid
tersisa di dinding rahim, setelah 5-10
hari dapat menyebabkan pembentukan
KISTA & KANKER RAHIM.

Alangkah baiknya bila info ini
disebarkan ke banyak orang sebagai
tanda kepedulian kita terhadap
sesama.
Mencegah lebih baik dari pada
mengobati.

We care we share