M. Hendri Agustiawan, SH, SA

Sabtu, 19 November 2016

Rumus Fungsi Microsoft Excel Lengkap Contoh dan Penjelasan


Inilah 31 bahkan lebih contoh contoh serta penjelasan rumus ( formula ) dan fungsi ( function ) secara lengkap dan singkat yang biasanya digunakan pada microsoft excel ddari versi 2007 sampai 2010. Fungsi ini  secara acak ada fungsi text , fungsi logika , fungsi tabel , dan lain lain. Untuk yang belum tau apa itu rumus dan fungsi excel klik Pengertian Contoh Fungsi Rumus Excel Lengkap Microsoft.
Inilah :
1.        Fungsi VALUE
       digunakan untuk merubah nilai value menjadi nilai text, penulisannya :
       =VALUE(text)
2.        Fungsi FIND
digunakan untuk menghasilkan posisi substring dari sebuah string atau suatu nomor yang dicari,penulisannya :
       =FIND(cari text,pada text,mulai nomor)
3.        Fungsi MID
digunakan untu mengambil karakter tertentu dari sederet karakter, penulisannya :
       =MID(text,posisi awal,jumlah karakter)
4.        Fungsi REPLACE
digunakan untuk menggantikan substring dengan substring lain dalam sebuah string (sederetan karakter atau karakter),, penulisan :
       = REPLACE (…)
5.        Fungsi CONCATENATE
digunakan untuk menggabungkan string menjadi satu kalimat maksimal 30 string, penulisannya  =CONCATENATE(text1,text2,…)
6.        Fungsi MAX
Digunakan untuk mencari nilai tertinggi dari sekumpulan data, penulisannya :
       =MAX(number1,number2,…)
7.        Fungsi STEDEV
Digunakan untuk menentukan standart devisiasi dari suatu range, penulisannya : =STEDEV(number1,number2,…)
8.        Fungsi VAR
Digunakan untuk menentukan nilai varience dari suatu range, penulisannya : =VAR(number1,number2,…)

9.        Fungsi LEFT
Fungsi ini digunakan untuk mendapatkan hasil beberapa huruf paling kiri. Text di sini merujuk kepada text yang akan diambil. Bisa berupa nilai sel ataupun langsung diketikkan textnya di situ, tapi dengan menambahkan tanda petik dua (") di awal dan di akhir text.
Rumusnya sangat simpel.
=LEFT(text)

10.    Fungsi RIGHT
Fungsi ini adalah kebalikan dari fungsi LEFT, yaitu mengambil beberapa karakter yang dimulai dari kanan. Rumusnya mirip sekali dengan fungsi LEFT yaitu:
=RIGHT(text)

11.    Fungsi LEN
Fungsi ini digunakan untuk menghitung jumlah karakter yang ada di dalam sebuah text. Rumusnya adalah:
=LEN(text)

12.    Fungsi UPPER
Fungsi ini akan membuat semua text yang ada di sel menjadi huruf besar semua. penulisannya:
= UPPER(text)

13.    Fungsi LOWER
Fungsi ini kebalikan dari fungsi UPPER, yaitu menjadikan huruf kecil semua. penulisannya:
=LOWER(text)

14.    Fungsi PROPER
Fungsi ini akan membuat teks menjadi huruf besar di karakter pertama di setiap kata. Penulisannya:
=PROPER(text)
15.    Fungsi BAHTTEXT
       Mengubah angka ke dalam bentuk teks. Namun hanya beberapa saja yang dapat di rubah.
       Penulisan :
       =TTEXT(…)
16.    Fungsi FACT
       Menyatakan faktorial dari suatu bilangan. Penulisan :
       =FACT(…)
17.    Fungsi GCD
       Menyatakan pembagi umum terbesar. Penulisan :
       =GCD(number1, number2,…)
18.    Fungsi LN
       Menyatakan logaritma natural dari suatu bilangan. Penulisan :
       =LN(number)
19.    Fungsi RAND
       Menyatakan jumlah real secara acak merata lebih besar dari atau sama dengan 0 dan kurang dari 1. Sebuah bilangan real baru secara acak akan diperlihatkan setiap kali lembar kerja dihitung. Penulisan :
       =RAND(…)
20.    Fungsi CEILING
       Menyatakan jumlah pembulatan, jauh dari nol, ke kelipatan terdekatnya. Penulisan :
       =CEILING(…)
21.    Fungsi SQRT
       Untuk menghitung akar dari bilangan yang positif tidak boleh negatif. Penulisan :
       =SQRT(…)
22.    Fungsi INT (number)
       Untuk pembulatan angka ke bawah dari suatu nilai integer / bulat. Penulisan :
       =INT(number)
23.    Fungsi CHAR
       Untuk menyatakan karakter yang telah ditentukan menggunakan suatu kode angka. Penulisan :
       Syntax
       =CHAR(number)
24.    Fungsi SUM :
Digunakan untuk menjumlahkan sekumpulan data pada satu range, penulisannya : =SUM(number1,number2,..)

25.    Fungsi AVERAGE :
Digunakan untuk mencari nilai rata-rata, penulisannya :
=AVERAGE(number1,number2,…)

26.    Fungsi MIN:
Digunakan untuk mencari nilai terendah dari sekumpulan data, penulisannya : =MAX(number1,number2,…)

27.    Fungsi HLOOKUP :
digunakan untuk membaca tabel / range secara horizontal, penulisannya :
=HLOOKUP(lookup_value,table_array,row_index_num,…)

28.    Fungsi VLOOKUP :
digunakan untuk membaca tabel / range secara vertikal (VLOOKUP), penulisanya :
=VLOOKUP(lookup_value,table_array,row_index_num,…)

29.    Fungsi / Function COUNTIF :
digunakan untuk menghitung jumlah cell dalam suatu range dengan ciri-ciri / kriteria tertentu. Penulisannya : =COUNTIF(range;kriteria).
Misal :  menghitung jumlah siswa yang tidak lulus ujian /remidi. =COUNTIF(D1:D45;”remidi”) maka dari contoh tadi keterangan siswa berada di range D1 sampai D45 dimana keterangannya remidi. Jadi, hasilnya adalah total siswa yang remidi.

30.    Fungsi AND :
Fungsi AND menghasilkan nilai TRUE jika semua argument yang di uji bernilai BENAR
dan akan bernilai FALSE jika semua atau salah satu argument bernilai SALAH. Penulisan pada gambar ini.
Misal : Peserta ujian dinyatakan lulus jika nilai ujian teori dan praktik masing-masing harus di atas 7, jika kurang dari 7 maka dinyatakan gagal.

31.    Fungsi NOT :
Fungsi not kebalikan dari fungsi AND, yakni menghasilkan TRUE jika kondisi yang di uji SALAH dan FALSE jika kondisi yang di uji BENAR
Penulisan : =NOT(argument)

Yap, dengan bangga saya @devara_vieo share posting 31 rumus formula dan fungsi function contoh penjelasan dan definisi serta pengertian rumus fungsi pada microsoft excel tadi. Terima kasih atas kunjungannya dan dukung kami melalui kotak komentar blog blogger Boo Boo Wow dibawah serta SPONSOR kami. Be success !

: [] fx x <~ contoh contoh penjelasan fungsi function dan rumus rumus microsoft excel lengkap ringkasan materi TIK microsoft ms. ms EXCEL Excel  2003 Excel excel 2007 excel 2010 lengkap contoh contoh lengkap singkat rangkuman ringkasan materi TIK bab fungsi function formula lengkap pada mincrosoft ms. ms excel 2007 2010 contoh contoh penjelasan rumus rumus formula dan fungsi fungsi function microsoft ms excel 2007 2010 beserta penjelasan ringkasan lengkap rumus fungsi teks text rumus fungsi function tabel rumus formula recently used math trig trigonometri logical fungsi rumus logika finansial date and time ~> fx x []

Rabu, 16 November 2016

Kopi dan gula

PESAN GUS DUR

Dalam minuman 'KOPI' ada 3 unsur,

        Kopi 
            Gula
                 Rasa

Kopi  adalah Orang tua
Gula adalah Guru
Rasa  adalah siswa

Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah?

Gula lah yang disalahkan karena terlalu sedikit,
hingga "rasa" kopi menjadi pahit!!!

Jika kopi terlalu manis
Siapa yg disalahkan?

Gula pula yang disalahkan karena terlalu banyak,
hingga "Rasa" kopi menjadi manis!!!

Jika takaran kopi dan gula seimbang, sehingga rasa yang tercecap menjadi nikmat,
Siapa yg di puji...???

Tentu semua akan berkata:
Kopinya mantaaap.................!!!!!

Kemana gula???
Dimana gula???
yang mempunyai andil membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap!!!

Itulah guru yang ketika "rasa" terlalu manis maka dia akan dipersalahkan!!!

Itulah guru yang ketika "rasa" terlalu pahit maka dia pula yang akan dipojokkan!!!

Tetapi,
Ketika "rasa" mantap,
Ketika siswa berprestasi,
Maka orang tua lah yang akan menepuk dadanya:
"Anak siapa dulu"

Mari Ikhlas seperti Gula yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS... bukan KOPI GULA...

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS... bukan TEH GULA...

ORANG menyebut ROTI MANIS... bukan ROTI GULA...

ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU....
padahal BAHAN DASARnya GULA....

Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS...

Akan tetapi apabila berhubungan dengan penyakit, barulah GULA disebut.. PENYAKIT GULA

Begitulah HIDUP....
Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah disebut Orang,
Tapi sedikit saja khilaf salah dilakukannya, maka akan dibesar-besarkan!!!

IKHLAS lah seperti GULA...
LARUT lah seperti GULA...

Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!!

Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...

Tapi untuk DIRASAkannya

Senin, 14 November 2016

Ngaji KH JAMALUDIN TAMBAK BERAS JOMBANG

Sebagus bagus pejabat adalah pejabat yang mendatangi (sowan) ke ulamak dan
Sejelek -jelek ulamak adalah ulamak yang mendatangi pejabat (umaro')

Bertemanlah kepada Ahli tasawuf yang pintar (alim)
Imam gozali menjelaskan mereka adalah ulamak ahli sunah waljamaah yang ucapan dan perbuatanya sesuai dengan syariat.

Imam Syafi'i berkata
"Jangan hanya belajar fiqh tanpa tasawuf begitu juga sebaliknya, karena Orang yang hanya mengetahui ilmu fiqh maka hatinya akan keras (hanya sibuk dan peduli dengan amal fiqhiyah tanpa memperdulikan esensi ibadahnya dan buah dari ibadah tersebut. Ia juga rentan untuk berbuat khilah/mengakali-ngakali hukum syariat dalam beragama) dan orang yang hanya mengetahui tasawuf maka ia adalah seorang yang bodoh karena tidak mengetahui hukum."

Ada 11 kelompok tasawuf yang bodoh

1. Khululiah

Melihat tubuh wanita yang cantik dan amrod (anak laki-laki yang tampan) itu diperbolehkan dan halal begitu juga halal memeluk dan mencium mereka.

2. Al uwainiyah

Seorang hamba jika sudah sampai tingkatan wali maka ia tidak terjerat dengan hukum- hukum syaria't dan ia lebih utama dari pada nabi.

3.As Samroniyah

Ketika orang sudah mempunyai guru mursyid maka ia sudah gugur dalam melakukan perintah begitu juga gugur dalamenjauhi larangan. Akhirnya,
Mereka menghalalkan alat malahi

4.Al Hubbiyah

Mereka berpandangan, apabila derajat seorang hamba sudah sampai kepada derajat mahabbah maka ia sudah tidak terikat dengan hukum-hukum syariah.
Mereka juga menghalalkan untuk tidak menutupi aurot.

5.Al Khuriyah

Ketika mengalami

Mereka mengahalalkan perkara yang harom dan mengharomkan perkara yang halal dan di perbolehkan menyetubuhi wanita yang belum halal

Kamis, 10 November 2016

Cinta Rosul

SAYA MENGUNDURKAN DIRI DARI JABATAN Suatu ketika seorang ulama yang Masyhur, yaitu al-Imam al-Qadhy Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani yang menjabat sebagai Qadhy (Hakim) di Lebanon Masa Itu dihadapkan pada suatu kasus pembunuhan. Saat persidangan berlangsung, didatangkan pemuda yang menjadi tersangka pembunuhan. Terjadi dialog antara Syekh Yusuf An-Nabhani selaku Qadhy dengan Pemuda tersebut. Syekh Yusuf pun Bertanya : Apa betul kamu telah melakukan suatu pembunuhan..? Sang pemuda menjawab : Iya, betul.. Saya telah membunuh seseorang wahai Syekh... Lalu Syekh Yusuf bertanya lagi : Kalau boleh Kau jelaskan apa motif dari pembunuhanmu wahai Anak Muda..? Dijawab oleh Sang pemuda : Orang Itu... telah menghina Rasulullah SAW terang-terangan... Saya tidak sanggup lagi menahan amarahku terhadap orang-orang yang mencaci Rasulullah SAW dihadapanku... Lantas aku membunuhnya... Syekh Yusuf diam sejenak...Lalu bertanya lagi : Tangan yang mana Kau gunakan untuk membunuh orang itu...Kanan atau Kiri ? Dijawab olehnya : Tangan kananku ini wahai Syekh... Lalu Tiba-tiba Syekh Yusuf An-Nabhani turun dari singgasana Hakim menuju ke arah pemuda tadi. Meraih tangan kanannya lalu menciumnya berkali-kali seraya berkata : Tangan Ini kelak yang akan membawamu ke sorga.... Wahai hadirin sekalian... Saksikanlah, mulai hari Ini saya mengundurkan diri dari jabatanku selaku Qadhy di sini, Karena saya tidak akan pernah sanggup menghukum seseorang yang telah membunuh yang disebabkan membela kehormatan Rasulullah SAW...!! Demikian cinta dan hormatnya Syekh Yusuf An-Nabhani Kepada Rasulullah SAW dan agamanya... Berbeda dengan Ulama² duit budak cina saat sekarang ini, meski belajarnya sampai ke America atau Eropa, tapi sibuk membela orang kafir meski telah jelas-jelas melecehkan ayat suci al-Qur'an....

Rabu, 02 November 2016

الأصل في العبادات التحريم


قاعدة : الاصل في العادات الإباحة والأصل في العبادات التحريم .

شيخُ الإِسلامِ رحمهُ اللهُ في كتبِهِ، ذكرَ أَنَّ الأَصْلَ الَّذي بنى عليهِ الإِمامُ أَحمدُ مذهبَهُ:

أَنَّ العاداتِ الأَصْلُ فيهَا الإِباحةُ، فلا يحرمُ منهَا إلاَّ مَا وردَ تحريمُهُ.

وأَنَّ الأَصْلَ في العباداتِ أَنَّهُ لا يُشْرَعُ منهَا إلاَّ مَا شَرَعَهُ اللهُ ورسولُهُ.

فالعاداتُ هيَ: مَا اعتادَ النَّاسُ منَ المآكلِ والمشاربِ وأصنافِ الملابسِ، والذَّهابِ والمجيءِ، والكلامِ، وسائرِ التَّصرُّفاتِ المعتادةِ، فلا يحرمُ منها إلاَّ ما حرَّمهُ اللهُ ورسولُهُ، إِمَّا نَصًّا صريحاً أوْ يدخلُ في عمومٍ أَوْ قياسٍ صحيحٍ، وَإلاَّ فسائرُ العاداتِ حلالٌ.

والدَّليلُ على حِلِّهَا قولُهُ تعالى {هُوَ الذي خَلَقَ لَكُمْ مَّا في الأَرضِ جَميعاً} فهذَا يدلُّ على أَنَّهُ خَلَقَ لَنَا مَا في الأَرْضِ جميعَهُ، لننتفعَ بهِ على أَيِّ وجهٍ منْ وجوهِ الانتفاعِ.

وأَمَّا العباداتُ:فإنَّ اللهَ خلقَ الخلق لعبادتِهِ وبيَّنَ في كتابِهِ، وعلى لسانِ رسولِهِ العباداتِ الَّتي يُعْبَدُ بهَا، وأَمَرَ بإخلاصِهَا لهُ فمنْ تقرَّبَ بهَا للهِ مخلصاً، فعملُهُ مقبولٌ، ومنْ تقرَّبَ إلى اللهِ بغيرِهَا فعملُهُ مردودٌ، كمَا قالَ صلّى اللهُ عليهِ وسَلَّمَ ((مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمرُنا فهوَ رَدٌّ)) وصاحبُهُ داخلٌ في قولِهِ تعالى {أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ}.

طيب الإخوة والأخوات وفقكم الله /

عند قراءة هذه القاعدة الأصولية ، يستنتج القارىء أن العلماء وفقهم الله ونفعنا بعلمهم أستدلوا من القرآن الكريم وجزاهم الله خيرا .

ولكن وقفت عند سؤال أحد الإخوة الكرام يقول /فضيلة شيخنا عبد الرحمن بن ناصر البراك -حفظه الله- أفيدك بأني قد قرأت كتابًا بعنوان: (مسائل العذر بالجهل) تحت إشراف فضيلتكم وفهمت منه أن إعانة الكفار بالقتال معهم ضد المسلمين لا تكون كفراً إلا بشرط الرغبة في إظهار دينهم أو المحبة لدينهم

الأصل في العبادات التحريم

Al aslu fil ibaadari at tahrim ( hukum asal ibadah adalah haram )

Dalam mandhumah qowaidil fiqhiyyah nya as syeikh as sa’dhiy dikatakan:

وليس مشروعا من الأمور غيرُ الذي في شرعنا مذكور

Walaisal masru’an minal umuri ghoirul ladhi fi syar’inaa madhkurun

(Dan semua perkara agama yang tidak ada dalam syari’at kita maka itu bukanlah syari’at islam)

sebagaian ulama mengungkapan kaidah ini dengan redaksi yang berbeda  diantaranya:

الاصل في العبادات الحظرالا بنص

Al aslu fil ibaadaati al khatri illa binassin (hukum asal dalam semua ibadah adalah haram kecuali ada nash yang mensyariatkannya)

Dalam Mmulakhos Qowaidul Fiqhiyyah As-Syeikh Al Utsaimin yang di ringkas oleh Abu Humaid Abdullah Al Falasy dikatakan dalam kaidah ke-empat belas:

القاعدة الرابعة عشرة: الأصل في العبادات المنع.

Hukum asal dalam semua ibadah adalah dilarang.

هذا فيه قاعدة: الأصل في العبادات التحريم. فلا يجوز للإنسان أن يتعبد لله – عز وجل – بعبادة، إلا إذا ورد دليل من الشارع بكون تلك العبادة مشروعة. ولا يجوز لنا أن نخترع عبادات جديدة، ونتعبد الله – عز وجل – بها، سواءً عبادة جديدة في أصلها، ليست مشروعة، أو نبتدع صفة في العبادة ليست واردة في الشرع، أو نخصص العبادة بزمان أو مكان .

Dalam mandhumah diatas terdapat kaidah: hukum asal dalam peribadatan adalah haram, maka tidak boleh bagi siapaun untuk beribadah kepada Allah Azza wa jalla dengan suatu ibadah kecuali ada dalil dari Al-Qur’an dan as sunnah yang mensyariatkan ibadah tersebut, dan tidak boleh bagi kita untuk membuat suatu bentuk ibadah-ibadah  yang baru dan kita beribadah kepada Allah  dengannya, baik dalam bentuk ibadah yang baru yang kita ada-adakan dan tidak ada syari’atnya, atau menambah bentuk ibadah yang ada dengan sifat dan tata cara yang tidak ada contohnya dalam syari’at, atau kita mengkhusukan suatu ibadah pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang tidak ada dalilnya dari al qur’an dan As-Sunnah.

كل هذا من البدع المحرمة في الشريعة، ودليل تحريم البدع، وعدم جواز التعبد -عبادة الله – عز وجل – بها- قوله سبحانه: { قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ } (آل عمران : 31) فالأصل الاتباع. وقوله -جل وعلا-: { وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ } (الأعراف : 158.) وقوله سبحانه: { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ } (سورة الأحزاب آية : 21) وقوله – عز وجل – { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } (سورة الشورى آية : 21) .

Karena semua perkara ibadah yang tidak ada perintah dan dalil syar’ii  merupakan bid’ah dan semua perkara bid’ah dalam agama hukumnya haram, adapun dalil yang melarang bid’ah dan tidak boleh beribadah kepada Allah dengan suatu ibadah yang baru diantaranya adalah:

Dalil dari al qur’an:

{ قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ } (آل عمران : 31)

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ( QS Al-Imran : 31) dalam ayat ini di perintahkan bagi kita untuk mengikuti ( itiba’) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

وقوله -جل وعلا-: { وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ } (الأعراف : 158.)

“Dan ikutilah Dia ( muhammad )  supaya kamu mendapat petunjuk”.( QS  Al-A’raf : 158 )

وقوله سبحانه: { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ } (الأحزاب آية : 21)

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” ( QS al ahzab:21 )

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS Al-Hasyr : 7).

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS Al-Hasyr : 7).

وقوله – عز وجل – { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } (الشورى آية : 21)

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (Qs As-Syura’ : 21 )

فالتشريع حق خاص بالله – عز وجل

Maka membuat syari’at dalam agama merupakan hak khusus bagi Allah semata,

Dalil dari sunnah

من السنة حديث عائشة الصحيح: ” من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه، فهو رد ( متفق عليه )

Di riwayatkan oleh Aisyah radiallahu ‘anha: Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengada-adakan dalam perkara agama kami yang tidak ada perintahnya maka perkara tersebut tertolak.” (HR Bukhari dalam kitab: As-Shulhu, hadist no : 2697 dan Muslim dalam kitab Aqdhiyyah hadist no : 1718)

” وفي رواية: ” من عمل عملا ليس عليه أمرنا، فهو رد “

Dalam riwayat lain dikatakan : “Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami (Allah dan Rasul-Nya) maka amalan tersebut tertolak.”

وفي حديث العرباض أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: ” وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة ” كما في النسائي .

Dan dalam hadist yang di riwayatkan oleh Irbadh bin Syari’ah, bahwasanya Rasulullah bersabda: “…dan berhati-hatilah  kalian dari perkara –perkara yang baru dalam agama,karena sesunggunya semua perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat ( lihat Sunan Nasa’i )

إذا تقرر ذلك، فإن هذه القاعدة قاعدة عظيمة، تحصل بها حماية الشريعة من التحريف والتبديل. فإنه لو قيل بجواز اختراع عبادات جديدة، لكان ذلك وسيلة إلى تبديل الشريعة، ووسيلة إلى وصف الشريعة بكونها ناقصة، وأننا نأتي نكملها ونزيد فيها، ووسيلة إلى الطعن في كون النبي – صلى الله عليه وسلم – خاتما للأنبياء والرسل.

Maka jika kita sudah mengetahui yang demikian itu, sesungguhya kaidah inu merupakan kaidah yang sangat agung, dimana kaidah ini merupakan kaidah untuk menjaga syari’at ini dari penyelewengan dan perubahan, karena jika dikatakan boleh membuat dan mengada-ada dalam ibadah sungguh yang demikian itu merupakan sarana dan jalan untuk menganti dan merubah syari’at islam, dan menyebabkan suatu keyakinan bahwasanya: agama dan syari’at islam belum sempurna, dan kita datang dengan ibadah yang beru tersebut sebagai pelengkap dan penyempurna agama ini, dan yang demikian itu merupakan cercaan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penutup para nabi dan rasul dan menyatakan bahwasanya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan syari’at, padahal Allah telah berfirman :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ( المائدة:3 ) .

“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS Al-Mai’dah : 3)

Kaidah ini merupakan kebalikan dari kaidah sebelumnya (الأصل في العادات الإباحة ) hukum asal dalam kebiasaan adalah boleh dan mubah, namun maksud dan tujuan nya adalah satu, kalo dalam adat dan kebiasan harus mengemukakan dalil dalam pengharamnya, sedang dalam perkara ibadah harus mengemukakan dalil dalam perintah dan syariatnya

ومن أمثلة العبادات غير المشروعة: ما يفعله بعض الناس من التقرب لله – عز وجل – بالتصفيق أو بالرقص والغناء، هذه إذا فُعلت على جهة العبادة تكون بدعة مخالفة للشريعة. ومثل الاحتفال برأس السنة، أو الاحتفال بالمولد النبوي، ومثل ذلك أيضا: إذا كان العمل لم يرد فيه إلا دليل ضعيف، فإنه يحكم بكونه بدعة؛ لأنه لا يصح تقرير عبادة جديدة بواسطة الحديث الضعيف. مثل الحديث الوارد في صلاة التسبيح .

Adapun contoh-contoh ibadah yang tidak ada syari’atnya diantaranya: apa yang dilakukan oleh sebagain orang dalam rangka beribadah mendekatkan diri kepada Allah Azza wa jalla dengan cara: bertepuk tangan, sambil berjoget dan menari, dan mendendangkan nyanyian (seperti yang dilakukan oleh kaum sufi), maka hal yang demikian itu jika dimaksudkan dengan tujuan ibadah, maka hal tersebut adalah bid’ah dan menyelisihi syari’at.contah lainya adalah: perayaan tahun baru, atau peraaan maulid nabi, atau suatu ibadah dengan dalil hadist dhoif, maka hal itu di hukumi sebagai bid’ah, karena tidak boleh menetapkan suatu ibadah yang baru dengan dalil haidst dhaif, seperti hadist tentang shalat tasbih.

وإذا نذر الإنسان عبادة غير مشروعة، فإن نذره لا ينعقد، ولا يجب عليه الوفاء بذلك النذر، ولا يجب عليه كفارة. ودليل ذلك أن النبي – صلى الله عليه وسلم – رأى رجلا واقفا في الشمس فسأل عنه فقيل: هذا أبو إسرائيل. نذر أن يقوم في الشمس، ولا يقعد ولا يستظل، وأن يصوم. فقال النبي – صلى الله عليه وسلم – ”

مروه أن يقعد ويستظل، وأن يتم صومه ” فأمره بالوفاء بنذر العبادة المشروعة، وهو الصوم، ونهاه عن الوفاء بنذر العبادة غير المشروعة، وهي الوقوف وعدم الاستظلال، ولم يأمره بالكفارة.

Contoh lain, jika seseorang bernadhar dengan suatu ibadah yang tidak ada syari’atnya maka nadharnya tidak boleh di yakini dan tidak boleh melaksanakan nadhar tersebut, dan tidak wajib baginya kafarah (membayar denda) adapun dalilnya: bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki berdiam diri dengan berdiri dibawah terik matahari, maka Rasulullah bertanya tentangnya, maka dikatakan kepada belaiu: dia itu adalah Abu Israil, dia bernadhar akan untuk berdiam diri dibawah terik matahari, tidak duduk dan tidak berteduh dan sambil berpuasa, maka Rasulullah berkata: perintahkan kepadanya untuk duduk dan berteduh (membatalkan nadharnya) dan boleh melanjutkan puasanya, dan Rasulullah melarang dari melaksanakan nadhar ibadah yang tidak ada perintah dari syariat, yaitu berdiri dan tidak berteduh, dan rasulullah tidak memrintahkan untuk mengantinya dengan kafarah.

إذا تقرر ذلك، فقد يأتي الفعل غير المشروع زيادة على الفعل المشروع، فيكون أصل الفعل مشروعا، ولكن الزيادة ليست مشروعة، فحينئذ الزيادة لا شك أنها باطلة. ولكن هل تعود على أصل الفعل بالإبطال؟ نقول: الأفعال على صنفين:

الصنف الأول: ما تكون الزيادة متصلة بالمزيد عليه، فحينئذ تبطله الزيادة، تبطل المزيد عليه.
مثال ذلك: من صلى الظهر خمس ركعات، فإن صلاته كلها باطلة؛ لأن الركعة الزائدة متصلة بالأربع النوع الثاني: زيادة منفصلة، فحينئذ لا تعود على أصل الفعل بالإبطال
مثال ذلك: من توضأ أربع مرات أربع مرات ، فالمرة الرابعة بدعة، لكن لا تعود على الغسلات الثلاث بالإبطال؛ لكونها منفصلة عنها. نعم.

Dari penjelasan diatas maka ada suatu pembahasan yaitu: menambah dalam  ibadah yang disyariatkan dengan perkara yang tidak ada syari’atnya, maka tidak diragukan lagi tambahan tersebut bathil, namun apakah ibadah tersebut menjadi batal dan tidak syah dan kita harus mengulangnya lagi, maka di sana ada dua pembahasan:

Pertama: jika tambahan tersebut bersambung lansung dengan ibadah aslinya dan terus berhubungan tanpa ada pemisah maka batAllah ibadahnya, misalnya : orang yang sholat dhuhur lima raka’at maka rakaat tambahanya membatalkan sholat tersebut karena satu rakaat tambahan tersebut bersambung lansung dengan 4 rakaat ibadah asalnya.

Kedua: jika tambahan tersebut terpisah dengan ibadah aslinya maka tidak membatalkan ibadah aslinya dan tidak harus mengulanginya dari awal, misalnya: orang yang berwudhu empat kali empat kali, maka tambahan empat tersebut bid’ah namun tidak membatalakan yang tiga kali yang merupakan ibadah asalnya, karena tambahan tersebut ada jarak dan pemisah dengan ibadah aslinya, atau misal lainya: nadhar dan puasa yang dilakukan oleh abu israil dalam hadist diatas. Bersambung kebagian kedua insya Allah (wallahu a’lam bishowab)

الحمد لله بنعمته تتم الصالحات و الصلاة و السلام على نبينا محمد و آله و صحبه اجمعين

الأحســـــاء – المملكة العربية السعوديــــــة: الجمعة :09 أغسطس 2007 م الموافق : 26 رجب 1428 هـ

Al hassa – K.S.A – :jum’at : 09 agustus 2007 M bertepatan : 26 rajab 1428 H

Diposting ulang dari Qowaidul Fiqhiyyah Al-Ustadz Sulaiman Abu Syeikha Al-Magetiy

Selasa, 01 November 2016

Ukuran Fiqh

A.Nisob emas
     20 misqol : 30 kuflah
      1  Awqiyah : 10 kuflah
       1 awqiyah : 28 gram
       
  Maka  28 x 3 : 84 gram

B.Nisob Perak
        200 dirham.   : 210 kofal
        210 kofal.       : 21 awqiyah
       
    Maka 28x21 : 588 gram

C.Nisob buah buahan
          5 wasak.   : 300 sho' : 1200 mud :    
           1600 ritle negara bagdad.

           1 sho'    :  2,75 kilo

      Maka 300x2,75 : 825 kilo gram

D. Zakat harga dagangan
    Harga emas sekarang  dikali  84 gram
    Harga perak sekarang dikali 588 gram

E. Zakat Fitrah
      1 sho' : 4 mud
      1 mud : 6,75 ons / 675 gram
       1 sho' : 2,75 kilo gram

HUKUM MEMPERGUNAKAN ZAKAT UNTUK MEMBANGUN MASJID Dr. Yusuf Qardhawi



PERTANYAAN

Saya seorang muslim yang diberi banyak  karunia  oleh  Allah
yang  saya tidak mampu mensyukurinya dengan sepenuhnya meski
apa pun yang saya lakukan, karena apa yang saya lakukan  itu
sendiri   juga   merupakan  nikmat  dari  Allah  yang  harus
disyukuri.

Diantara karunia  yang  Allah  berikan  kepada  saya  adalah
kekayaan  yang  -  alhamdulillah  -  cukup  banyak, dan saya
mengeluarkan zakatnya setiap  tahun.  Saya  juga  menerapkan
pendapat  Ustadz  untuk  menzakati penghasilan gedung-gedung
yang saya peroleh setiap  bulan  tanpa  menunggu  perputaran
satu  tahun,  dengan  besar  zakat seperdua puluh dari total
penghasilan.

Pertanyaan yang saya lontarkan kepada Ustadz sekarang adalah
mengenai  penggunaan  zakat  untuk  pembangunan  masjid yang
digunakan untuk mengerjakan  shalat  didalamnya,  mengadakan
majelis taklim, dan mengumpulkan kaum muslim untuk melakukan
ketaatan kepada Allah Ta'ala.

Kami - yang berdomisili di negara Teluk -  sering  didatangi
saudara-saudara  dari  negara-negara miskin yang ada di Asia
dan Afrika yang mengeluhkan berbagai penderitaan, sedikitnya
penghasilan,  banyaknya  jumlah  penduduk, seringnya ditimpa
bencana alam, disamping tekanan dari kelompok-kelompok  yang
memusuhi  Islam, baik dari negara-negara Barat maupun Timur,
dari golongan salib, komunis, dan lainnya.

Bolehkah kami memberikan zakat kepada  saudara-saudara  kami
kaum  muslim  yang  miskin  yang  tertekan  dalam  kehidupan
beragama dan dunia mereka, ataukah tidak boleh?  Fatwa  yang
pernah  diberikan  para  mufti berbeda-beda mengenai masalah
ini, ada yang melarang dan ada yang  membolehkan.  Dan  kami
tidak merasa puas melainkan dengan fatwa Ustadz.

Semoga  Allah  meluruskan langkah Ustadz, memuliakan Ustadz,
dan menjadikan yang lain mulia karena Ustadz.

JAWABAN

Semoga Allah memberikan berkah kepada saudara  penanya  yang
terhormat   mengenai   apa   yang   telah   dikaruniakan-Nya
kepadanya.      Mudah-mudahan      Allah      menyempurnakan
nikmat-nikmat-Nya atasnya dan menolongnya untuk selalu ingat
kepada-Nya dan bersyukur kepada-Nya serta memperbaiki ibadah
kepada-Nya. Saya merasa gembira bahwa dia telah mengeluarkan
zakat  dari  penghasilan  gedung-gedungnya   sesuai   dengan
pendapat  yang saya pandang kuat, tanpa menunggu berputarnya
masa satu tahun. Mudah-mudahan saja dia menginfakkan seluruh
hasilnya atau sebagiannya.

Adapun  menyalurkan  zakat untuk pembangunan masjid sehingga
dapat digunakan untuk  mengagungkan  nama  Allah,  berdzikir
kepada-Nya,  menegakkan  syiar-syiar-Nya, menunaikan shalat,
serta menyampaikan pelajaran-pelajaran dan  nasihat-nasihat,
maka hal ini termasuk yang diperselisihkan para ulama dahulu
maupun sekarang. Apakah yang  demikian  itu  dapat  dianggap
sebagai  "fi  sabilillah"  sehingga termasuk salah satu dari
delapan sasaran zakat sebagaimana yang  dinashkan  di  dalam
Al-Qur'anul Karim dalam surat at-Taubah:

"Sesungguhnya  zakat-zakat  itu  hanyalah  untuk orang-orang
fakir, orang-orang  miskin,  pengurus-pengurus  zakat,  para
muallaf  yang  dibujuk  hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang  yang   berutang,   untuk   jalan   Allah,   dan
orang-orang  yang  sedang  dalam  perjalanan,  sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah  Maha  Mengetahui
lagi Maha Bijaksana." (at-Taubah: 60)

Ataukah  kata  "sabilillah itu artinya terbatas pada "jihad"
saja sebagaimana yang dipahami oleh jumhur?

Saya telah menjelaskan masalah ini secara terinci  di  dalam
kitab  saya Fiqh az-Zakah, dan di sini tidaklah saya uraikan
lagi masalah tersebut.

alam buku itu saya memperkuat pendapat jumhur ulama, dengan
memperluas  pengertian  "jihad"  (perjuangan)  yang meliputi
perjuangan bersenjata (inilah  yang  lebih  cepat  ditangkap
oleh  pikiran),  jihad  ideologi  (pemikiran), jihad tarbawi
(pendidikan), jihad da'wi (dakwah), jihad  dini  (perjuangan
agama),   dan   lain-lainnya.  Kesemuanya  untuk  memelihara
eksistensi Islam dan menjaga  serta  melindungi  kepribadian
Islam  dari  serangan  musuh yang hendak mencabut Islam dari
akar-akarnya, baik  serangan  itu  berasal  dari  salibisme,
misionarisme,  marxisme,  komunisme,  atau dari Free Masonry
dan zionisme, maupun dari antek dan  agen-agen  mereka  yang
berupa  gerakan-gerakan  sempalan  Islam  semacam  Bahaiyah,
Qadianiyah, dan Bathiniyah (Kebatinan), serta  kaum  sekuler
yang terus-menerus menyerukan sekularisasi di dunia Arab dan
dunia Islam.

Berdasarkan hal ini maka saya  katakan  bahwa  negara-negara
kaya  yang  pemerintahnya  dan  kementerian  wakafnya  mampu
mendirikan masjid-masjid yang diperlukan oleh umat,  seperti
negara-negara  Teluk,  maka  tidak  seyogianya  zakat disana
digunakan  untuk  membangun  masjid.   Sebab   negara-negara
seperti  ini  sudah  tidak  memerlukan  zakat untuk hal ini,
selain itu masih ada sasaran-sasaran  lain  yang  disepakati
pendistribusiannya  yang  tidak  ada penyandang dananya baik
dari uang zakat maupun selain zakat.

Membangun sebuah masjid  di  kawasan  Teluk  biayanya  cukup
digunakan  untuk  membangun  sepuluh  atau  lebih  masjid di
negara-negara muslim yang  miskin  yang  padat  penduduknya,
sehingga  satu  masjid  saja  dapat  menampung  puluhan ribu
orang.  Dari  sini   saya   merasa   mantap   memperbolehkan
menggunakan  zakat  untuk  membangun masjid di negara-negara
miskin  yang  sedang   menghadapi   serangan   kristenisasi,
komunisme,    zionisme,    Qadianiyah,    Bathiniyah,    dan
lain-lainnya. Bahkan  kadang-kadang  mendistribusikan  zakat
untuk  keperluan  ini  -  dalam  kondisi seperti ini - lebih
utama daripada didistribusikan untuk yang lain.

Alasan saya memperbolehkan hal ini ada dua macam:

Pertama, mereka adalah kaum yang fakir, yang harus  dicukupi
kebutuhan  pokoknya  sebagai  manusia  sehingga  dapat hidup
layak  dan  terhormat  sebagai  layaknya   manusia   muslim.
Sedangkan  masjid  itu merupakan kebutuhan asasi bagi jamaah
muslimah.

Apabila mereka tidak memiliki dana untuk mendirikan  masjid,
baik dana dari pemerintah maupun dari sumbangan pribadi atau
dari para  dermawan,  maka  tidak  ada  larangan  di  negara
tersebut  untuk  mendirikan  masjid  dengan menggunakan uang
zakat. Bahkan masjid itu wajib didirikan dengannya  sehingga
tidak ada kaum muslim yang hidup tanpa mempunyai masjid.

Sebagaimana  setiap orang muslim membutuhkan makan dan minum
untuk  kelangsungan  kehidupan   jasmaninya,   maka   jamaah
muslimah  juga membutuhkan masjid untuk menjaga kelangsungan
kehidupan rohani dan iman mereka.

Karena itu, program  pertama  yang  dilaksanakan  Nabi  saw.
setelah  hijrah  ke  Madinah  ialah mendirikan Masjid Nabawi
yang mulia yang menjadi pusat kegiatan Islam pada zaman itu.

Kedua, masjid di negara-negara yang sedang menghadapi bahaya
perang  ideologi  (ghazwul  fikri)  atau yang berada dibawah
pengaruhnya,  maka  masjid  tersebut  bukanlah   semata-mata
tempat  ibadah,  melainkan  juga  sekaligus  sebagai  markas
perjuangan dan benteng untuk  membela  keluhuran  Islam  dan
melindungi syakhshiyah islamiyah.

Adapun  dalil  yang  lebih  mendekati  hal ini ialah peranan
masjid dalam membangkitkan harakah umat Islam  di  Palestina
yang  diistilahkan dengan intifadhah (menurut bahasa berarti
mengguncang/ menggoyang; Penj.) yang pada awal  kehadirannya
dikenal  dengan  sebutan  "Intifadhah  al masajid." Kemudian
oleh media informasi diubah menjadi "Intifadhah  al-Hijarah"
batu-batu   karena   takut  dihubungkan  dengan  Islam  yang
penyebutannya  itu  dapat  menggetarkan  bangsa  Yahudi  dan
orang-orang yang ada di belakangnya.

Kesimpulan: menyalurkan zakat untuk pembangunan masjid dalam
kondisi seperti itu termasuk infak zakat fi sabilillah  demi
menjunjung   tinggi  kalimat-Nya  serta  membela  agama  dan
umat-Nya. Dan setiap infak harta untuk semua  kegiatan  demi
menjunjung   tinggi   kalimat  (agama)  Allah  tergolong  fi
sabilillah (di jalan Allah).

Wa billahit taufiq.

-----------------------
Fatwa-fatwa Kontemporer
Dr. Yusuf Qardhawi
Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388
ISBN 979-561-276-X

Ziarah makam imam lebih utama dari pada haji ke baitulloh


زيارة الإمام الحسين (عليه السلام)
زيارة الحسين أفضل من الحج
محمّد الكاظمي |20/01/2016 |  0
السؤال:

ماذا يعني أنّ زيارة الحسين (عليه السلام) في كربلاء أفضل من الحج؟

هذا يعني أنّ لزيارة سيّدنا ومولانا الإمام أبي عبد الله الحسين (صلوات الله عليه وآله) من الأجر والثواب والدرجات أضعاف ما للحج، وأنّ زائر الحسين (عليه السلام) ينال بزيارته أضعاف ما يناله الحاجّ لبيت الله حرام.
إلّا أنّ هذا بغضّ النظر عن وجوب الحجّ على المستطيع، فإنّ الحجّ الواجب لا يسقط شرعاً إلّا بإتيانه، والكلام هنا في الثواب وما تُنتِجه زيارة الحسين (عليه السلام) من مكانةٍ للزائر عند الله (تعالى).
وقد تظافرت النصوص في ذكر ما لزيارة الحسين (عليه السلام) ممّا يعادلها من أجر الحج والعمرة، ولك أن تراجع أبواب (كامل الزيارات)، فقد أفرد ابن قولويه (رضوان الله عليه) عدّة أبواب في بيان ما يعادل زيارة الحسين (عليه السلام) من الحجّ والعمرة، جاء فيه:
– الباب ٦٣: أنّ زيارة الحسين (عليه السلام) تعدل عُمرة.
– الباب ٦٤: أنّ زيارة قبر الحسين (عليه السلام) تعدل حِجّة.
– الباب ٤٥: في أنّ زيارة الحسين (عليه السلام) تعدل حِجّة وعمرة.
– الباب ٦٦: أنّ زيارة الحسين (عليه السلام) تعدل حِجَجاً.
وممّا جاء فيه:
• عن زيد الشحّام، عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: «زيارة الحسين (عليه السلام) تعدل عشرين حِجّة وأفضل من عشرين حِجّة» (كامل الزيارات: ٣٠٢ ح ٥٠٦).
• عن أبي سعيد المدائنيّ قال: دخلتُ على أبي عبد الله (عليه السلام)، فقلت: جُعلت فداك، آتي قبر الحسين (عليه السلام)؟ قال: «نعم يا أبا سعيد، ائتِ قبرَ الحسين ابن رسول الله (صلّى الله عليه وآله)، أطيبِ الأطيبين وأطهر الطاهرين وأبرّ الأبرار، فإنّك إذا زرتَه كتب الله لك به خمسة وعشرين حِجّة» (كامل الزيارات: ٣٠٣ ح ٥٠٨).
• عن شهاب، عن أبي عبد الله (عليه السلام)، قال: سألني فقال: «يا شهاب، كم حججتَ مِن حِجّة؟»، فقلت: تسعة عشر حِجّة. فقال لي: «تمِّمْها عشرين حِجّة تُحسَب لك بزيارة الحسين (عليه السلام)» (كامل الزيارات: ٣٠٣ ح ٥١٠).
• عن صالح النيلي قال: قال أبو عبد الله (عليه السلام): «مَن أتى قبر الحسين (عليه السلام) عارفاً بحقّه، كان كمن حجّ مئة حجّة مع رسول الله (صلّى الله عليه وآله)» (كامل الزيارات: ٣٠٤ ح ٥١٢).
• عن مسعدة بن صدقة قال: قلتُ لأبي عبد الله (عليه السلام): ما لمَن زار قبر الحسين (عليه السلام)؟ قال: «تُكتَب له حجّة مع رسول الله (صلّى الله عليه وآله)». قال: قلت له: جُعلت فداك، حِجّةً مع رسول الله (صلّى الله عليه وآله)؟! قال: «نعم، وحِجّتان». قال: قلت: جعلت فداك، حِجّتان؟ قال: «نعم، وثلاث».. فما زال يعدّ حتّى بلغ عشراً، قلت: جُعلت فداك، عشر حججٍ مع رسول الله (صلّى الله عليه وآله)؟ قال: «نعم، وعشرون حجّة»، قلت: جُعلت فداك، وعشرون؟ فما زال يعدّ حتّى بلغ خمسين، فسكتّ (كامل الزيارات: ٣٠٦ ح ٥١٦).
• وقد جاء عن إمامنا الصادق (عليه السلام) أنّه قال: «كان الحسين يوماً في حِجر رسول الله (صلّى الله عليه وآله) يلاعبه ويضاحكه، فقالت عائشة: ما أشدّ إعجابك بهذا الصبيّ؟! فقال لها: ويلكِ! كيف لا أُحبُّه ولا أُعجَب به، وهو ثمرة فؤادي وقرّة عيني؟ أما إنّ أمتّي ستقتله، فمَن زاره بعد شهادته كتب الله له حِجّة من حججي. قالت: حِجّةً من حججك؟! قال: نعم، حجّتين من حججي. قالت: حجّتين من حججك؟! قال: نعم، وثلاث».. قال الإمام الصادق (عليه السلام): «فلم تزل تزاده ويزيد حتّى بلغ سبعين حجّة من حجج رسول الله بأعمارها» (كامل الزيارات: ١٤٣ ـ ١٤٤ الباب ٢٢ ح ١ وفيه بدل (سبعين): (تسعين)، مناقب آل أبي طالب: ٣ / ٢٧٢، أمالي الشيخ الطوسي: ٦٦٨ ح ٨ ـ عنه بحار الأنوار: ٤٤ / ٢٦٠، و٩٨ / ٣٥ ح ٤٢، وسائل الشيعة: ١٤ / ٤٥٠ ـ ٤٥١ ح ١٤).
وقد نظم الشاعر هذه المنقبة قائلاً:

فجعفرُ الصادق من وُلـــــدِهِ * أخبرَنا عن فضله بالتمــــــام
عن جدّه أنّ لِمَـــــــــن زارَهُ * ثوابُ حجّ البيتِ سبعين عام
Ulama-ulama Syiah berkeyakinan bahwa ziarah ke makam para imam lebih agung daripada menunaikan rukun Islam yang kelima (berhaji ke Baitullah). Ini merupakan bentuk berlebih-lebihan terhadap imam Ahlul Bait setelah mereka wafat. Para ulama Syiah membuat riwayat-riwayat palsu yang menyebutkan pahala yang seperti khayalan bagi orang muslim yang berziarah ke makam para imam. Dan banyaknya riwayat yang dikarang dalam riwayat ini menunjukkan betapa besar pengkultusan mereka terhadap imam-imam itu, dan menunjukkan betapa melampaui batasnya mereka dalam memalsukan hadits.

Dalam Bihaarul Anwaar, Al-Majlisi membuat batasan tersendiri yang berjudul “Al-Mazaar”(kitab ziarah) sebanyak tiga jilid, yaitu pada halaman 97, 98, 99. Dalam Wasaa-ilusy Syiah (10/251), karya al-Hurr al-Amili, terdapat “Abwaab al-Mazaar”,yaitu bab-bab bahasannya tentang keutamaan berziarah ke makam para imam, yang mencapai 106 bab.

Dalam kitab Man Laa Yahdhuruhul Faqih (II/429), salah satu kitab pedoman kaum Syiah, dan Tahdzibul Ahkaam (VI/3,116) -satu dari empat rujukan utama mereka yang terkenal- mengandung banyak bab yang berisi pengagungan makam, penghomatan terhadap kuburan, serta munajat dengan doa-doa yang mengandung unsur penuhanan kepada para imam.

Karena begitu pentingnya tujuan amalan ini bagi masyarakat Syiah, maka ditulislah beberapa kitab yang khusus membahas ziarah dan tata cara beribadah didalamnya, seperti al-Mazaar, karya Muhammad bin Ali al-Fadhl, al-Mazaar, karya Muhammad al-Masyhadi, Kaamiluz Ziyaaraat karya Ibnu Qalawiyah al-Qummi, dan lain-lainnya. (Wasaa-ilusy Syiah [20/48-49])

Berikut ini sebagian cerita fiktif dalam riwayat-riwayat tersebut:

Abu Abdillah menegaskan: ”Sesungguhnya pandangan Allah yang pertama kali ditujukan kepada para peziarah kuburan al-Husain bin Ali pada waktu senja Arafah, sebelum Dia memandang ahlul mauqif (kaum muslimin yang sedang berwukuf di Arafah).” Perawi bertanya: ”Mengapa demikian?” Diapun menjawab, ”Karena di antara orang-orang yang wukuf di Arafah terdapat anak zina, sedangkan pada para peziarah kuburan al-Husain tidak terdapat anak zina.”

Ash-Shadiq berkata: ”Siapa yang ‘arafa di sisi kuburan al-Husain dianggap telah hadir di arafah.” Makna ‘arafa di sini adalah wukuf pada waktu Arafah.

Dari ash-Shadiq: ”Siapa yang berziarah ke makam al-Husain pada hari Arafah, maka Allah menulis baginya satu juta ibadah haji bersama al-Qaim (al-Mahdi), satu juta umrah bersama Rasulullah shallalalhu ‘alaihi wasallam, membebaskan satu juta jiwa sahaya, membawa satu juta kuda di jalan-Nya, dan Allah akan menyebutnya ‘hamba-Ku ash-Shiddiq, yang telah percaya dengan janji-Ku.’ Lalu para malaikat akan berkata:’Fulan ash-Shiddiq’dan Allah pun menyucikannya dari atas Arsy-Nya…”

Ash-Shadiq pun berkata: ”Shalat di tanah suci al-Husain, setiap rakaatnya akan diberikan pahala di sisi-Nya seperti ibadah haji seribu kali, umrah seribu kali, memerdekakan seribu budak, dan seakan-akan melakukan wukuf di jalan Allah sejuta kali bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (lihat riwayat ini di al Waafi karya al-Faidh al-Kasyani, jilid ke-14 (VIII/1467-1478).

Dalam Bihaarul Anwaar karya al-Majisi disebutkan: ”Siapa saja yang menziarahi makam al-Ridha, atau salah seorang imam ahlul Bait, lantas beribadah disisinya, maka akan dituliskan baginya –dia pun menyebutkan seperti tertera pada nash di atas ,dan menambahkan-pada setiap langkahnya mendapatkan 100 ibadah Haji, 100 ‘Umrah, memerdekakan 100 budak di jalan Allah, ditulis baginya 100 kebaikan, dan dihapuskan baginya 100 dosa.” (Al-Bihaar [97/137-138]).

Para ulama syiah juga meriwayatkan: ”Siapa di antara kalian yang berziarah ke makam al-Husain niscaya ditulis baginya 70 ibadah haji, setara dengan haji dan umrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Tsawaahul A’maal karya Ibnu Babuwaih (hlm.52),dan Wasaa-ilusy karya Huur al-Amili [X/351-352]).

Para ulama Syiah sungguh sangat melampaui batas hingga meriwayatkan: ar-Ridha mengatakan, ”Siapapun yang berziarah ke makam al-Husain di sungai Eufrat, maka dia seperti seorang yang berkunjung kepada Allah di atas Arsy-Nya.”(Bihaarul Anwaar [98/69-70] dan Tsawaahul A’maal karya Ibnu Babuwaih al-Qummi [hlm.85]).

Dari Abu ‘Abdillah,dia berkata, ”Siapapun yang berziarah ke makam al-Husain bin Ali pada hari Asyura dengan mengetahui haknya, maka dia seperti orang yang berkunjung kepada Allah di Arsy-Nya.” (Mustadrakul Wasaa-il [X/291], Bihaarul Anwaar [98/105], al-Iqbaal [hlm.567] karya Ali bin Musa bin Ja’far (di kenal dengan Ibnu Thawus wafat th 664 H])

Pernahkah engkau mendengar bahwa orang yang tidak berziarah ke makam-makam tersebut telah kafir?

Disebutkan dalam al-Wasaa-il, Harun bin Kharijah menuturkan dari Abu ‘Abdullah: ”Saat aku bertanya kepadanya tentang orang yang meninggalkan ziarah kemakam al-Husain tanpa alasan, dia lalau berkata, ”Orang itu termasuk penghuni Neraka.”( [X/336-337])

Al-Majlisi membuat satu bab yang menyebutkan bahwa menziarahi al-Husain itu wajib, bahkan diharuskan dan diperintahkan.disebutkan pula kecaman, celaan, dan ancaman keras bagi siapa saja yang meninggalkannya.(Bihaarul Anwaar karya al-Majlisi [98/1-11])

Kaum Syiah beranggapan, siapa yang menziarahi makam imam panutan ini akan mendapat pahala setara dengan pahala yang didapat 100 ribu orang yang mati syahid di Perang Badar.(Bihaarul Anwaar [98/17]).

Menziarahi makam al-Husain setara dengan ganjaran haji, umrah, jihad di jalan Allah, serta memerdekakan budak. (Bihaarul Anwaar [98/28,44,98/51,68]).

Sesungguhnya para nabi, rasul, dan malaikat turut berziarah ke sana serta mendoakan para penziarah, memberikan kabar gembira kepada mereka, serta merasa gembira dengan kedatangan mereka.(Tsawaabul A’maal [hlm.82]).

Ibnu Miskan mengutip perkataan Abu Abdullah, ”Allah menampakkan diri kepada para penziarah al-Husain sebelum kepada orang-orang wukuf di Arafah.dia memenuhi kebutuhan mereka, dan membantu berbagai permasalahan mereka. Setelah itu barulah Dia menyanjung orang-orang yang wukuf Arafah dan melakukan hal yang sama terhadap mereka.” (Wasaa-ilusy Syiah [13/374] dan Madinatul Ma’aajiz [IV/208]).

Bahkan kaum Syiah meriwayatkan, bahwasanya Allah menziarahi al-Husain!

Dari Shafwan al-Jamal, dia bertutur: ”Abu Abdullah bertanya kepadaku, ’Pernahkah kamu berziarah kemakam al-Husain?’ Aku menjawab,’Aku rela sebagai tebusan engkau, apakah engkau juga menziarahinya ?’ Dia berkata,’Bagaimana aku tidak menziarahinya, sedangkan Allah menziarahinya setiap malam Jum’at. Dia turut beserta paramalaikat, para Nabi, para penerimawasiat, dan Muhammad Nabi kita yang paling utama.’Aku berkata: ’aku rela sebagai tebusan engkau, maka hendaknya kita menziarahinya setiap hari Jum’at, agar bisa bertepatan dengan ziarah Allah.’Dia berkata:’Benar,hai Shafwan, tekunilah hal itu, niscaya akan ditulis bagimu ziarah ke makam al-Husain: yaitu keutamaan.”

Sumber “Dari Hati ke Hati” karya Dr.Utsmann bin Muhammad al-Khamis.Penerbit :Pustaka Imam Asy Syafi’i, Jakarta

KEPUTUSAN BAHTSUL MASA’IL AL-DINIYAH AL-WAQI’IYYAH MUKTAMAR XXX NU DI PP. LIRBOYO KEDIRI JAWA TIMUR


TANGGAL 21 s/d 27 NOPEMBER 1999

A. Pertanyaan
   Bagaimana hukum orang Islam menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non Islam?

B. Jawaban

   Orang Islam tidak boleh menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non Islam kecuali dalam keadaan darurat, yaitu:
a. Dalam bidang-bidang yang tidak bisa ditangani sendiri oleh orang
Islam secara langsung atau tidak langsung karena faktor kemampuan.
b. Dalam bidang-bidang yang ada orang Islam berkemampuan untuk
menangani, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa yang bersangkutan
khianat.
c. Sepanjang penguasaan urusan kenegaraan kepada non Islam itu nyata membawa manfaat.
   Catatan: Orang non Islam yang dimaksud berasal dari kalangan ahl al-dzimmah dan harus ada mekanisme kontrol yang efektif.
C. Dasar Pengambilan Hukum
1. Al-Quran Al-Karim

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS: An-Nisaa Ayat: 141)

2. Tuhfah al-Muhtaj dan Hawasyi al-Syarwani, Juz IX, h. 72

ولا يستعان عليهم  بكافر ) ذمي أو غيره إلا إن اضطررنا لذلك
قول المتن: ولا يستعان إلخ) أي يحرم ذلك
اه. سم, عبارة المغني والنهاية: (تنبيه) ظاهر كلامهم أن ذلك لا يجوز ولو
دعت الضرورة إليه لكنه في التتمة صرح بجواز الاستعانة به أي الكافر عند
الضرورة
3. Hawasyi al-Syarwani, Juz IX, h. 73

نعم ان قتضت المصلحة توليته في شىء لا
يقوم به غيره من المسلمين او ظهر من المسلمين خيانة و امنت في ذمي فلا يبعد
جواز توليته لضرورة القيام بمصلحة ما ولى فيه، و مع ذلك يجب على من ينصبه
مراقبته و منعه من التعرض لاحد من المسلمين
4. Kanz al-Raghibin dan Hasyiyah al-Qulyubi, Jilid IV, h. 156

ولا يستعان عليهم بكافر) لأنه يحرم تسليطه على المسلمين
قوله: ولا يستعان) فيحرم إلا لضرورة
5. Al-Ahkam al-Sulthaniyah, hal. 22

والوزارة على ضربين وزارة تـفويض ووزارة
تـنـفيذ. اما وزارةالتـفويض فهى ان يستوزر الإسلام من يفوض اليه تدبـير
الأمور برأيه وإمـضاء ها على اجتـهاده
6. Al-Ahkam al-Sulthaniyah, hal. 23

واما وزارة التـنـفيـذ فحكمها اضعـف وشروطها اقل لأن النـظر فيها مقـصور على رأي الإمام وتـدبـيره